Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) pada awal kelahirannya merupakan sebuah organisasi kemahasiswaan di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU). Pada perkembangannya, PMII kemudian menjadi organisasi independen, hingga akhirnya pada Muktamar NU di Jombang lalu, kembali menjadi Badan Otonom NU.
Berbagai perubahan tersebut, tentu sedikit banyak akan berpengaruh pada orientasi dan nilai juang para kadernya. Untuk itulah, Pengurus Cabang PMII Surakarta menggelar diskusi bertemakan “Revitalisasi Orientasi dan Nilai Juang dalam PMII” di Sekretariat PMII Surakarta, Selasa (8/3).
“Tema diskusi kali ini, sebagai salah satu upaya untuk memantik bagi anggota dan kader PMII, dalam memahami sejauh mana mereka memaknai PMII dan poin-poin apa saja yang sekiranya harus dilakukan,” papar narasumber diskusi, yang juga Ketua PC PMII Kota Surakarta, Ahmad Rodif Hafidz.
Rodif menegaskan bahwa tujuan PMII antara lain untuk mewujudkan kader ulul albab (intelektual), dengan mengharuskan setiap anggota selalu menempa diri dan menjalani proses yang ada.
“Tantangan PMII ke depan akan semakin berat. PMII sebagai organisasi yang akan selalu mempertahankan dan melindungi NKRI ini harus mempunyai terobosan baru ataupun ide kreatif dalam menyiarkan Islam yang memperhatikan prinsip-prinsip yang ada di dalam Aswaja,” tukas Rodif.
Lebih lanjut, Rodif mengatakan, para kader PMII mesti dapat menambah kapabilitas serta dapat memahami dan menginternalisasikan nilai dasar pergerakan yang ada di dalam PMII.
Di akhir acara, juga sempat dibahas persoalan kaderisasi, transfer pengetahuan dan regenerasi. Hal tersebut mengingat semakin meningkatnya jumlah anggota baru di PMII dari tahun ke tahun. (Ajie Najmuddin/Mahbib)