Jember, NU Online
Salah satu tugas pesantren adalah membangun perekonomian umat berdasarkan sistem syariah. Dengan sistem itu, tata kelola ekonomi akan lebih adil dan lebih berdaya guna dalam mengurangi ketimpangan tingkat kesejehteraan masyarakat.
<>
Hal tersebut dikemukakan sesepuh alumni Pesantren Sidogiri, KH. Muhyiddin Abdusshomad saat memberikan sambutan dalam rapat triwulan Koperasi Baitul Mal Wat Tamwil-Usaha Gabungan Terpadu (BMT-UGT) Sidogiri di Pesantren Nuris, Antirogo, Jember, Jawa Timur, Senin (13/5).
Menurut Kiai Muhyiddin, pesantren harus menjadi pelopor pembangunan ekonomi syariah di tengah-tengah masyarakat, “Jadi bagaimana kita mensyariahkan ekonomi masyarakat agar kehalalannya terjamin, dan usahanya juga lancar,” ujarnya.
Rais Syuriah PCNU Jember itu memuji terobosan Pesantren Sidogiri yang telah membangun koperasi dengan cukup sukses. Dikatakannya, missi Koperasi BMT-UGT Sidogiri tentu tidak semata-mata bisnis, tapi juga menciptakan tradisi berusaha sesuai dengan tuntunan Islam.
Kiai Muhyiddin berharap agar apa yang telah dicapai Koperasi BMT-UGT Sidogiri, dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Apalagi saat ini pertumbuhan koperasi begitu subur seiring kebutuhan usaha masyarakat yang semakin beragam. “Jadi, jaga kepercayaan masyarakat yang telah diberikan kepada koperasi (Koperasi BMT-UGT Sidogiri),” ucapnya.
Acara itu sendiri dihadiri seluruh pimpinan unit layanan Koperasi BMT-UGT Sidogiri di Jember serta perwakilan dari pesantrren Sidogiri. Saat ini Koperasi BMT-UGT Sidogiri memiliki 150 unit layanan yang tersebar di Jawa Timur. Di Jember sendiri terdapat 20 unit layanan. Omset koperasi yang didirikan tahun 2000 Pesantren Sidogiri tersebut, pada tahun buku 2012 lalu mencapai Rp. 3,1 triliun. Koperasi BMT-UGT Sidogiri tahun lalu meraih prestasi sebagai koperasi terbesar ke-3 se-Indonesia, dan koperasi syariah terbesar pertama nasional.
Redaktur : Abdullah Alawi
Kontributor : Aryudi A. Razaq