Pesantren At-Taslim Kracaan Bintoro Kabupaten Demak memperagakan pengurusan jenazah di aula depan pesantren setempat, Ahad (20/3). Peragaan ini diikuti 70 peserta yang terdiri atas para santri serta alumni pesantren tersebut.
Gus Muhammad, putra sulung KH Muhammad Nurul Huda selaku pengasuh pesantren ini mengatakan, selama di pesantren bekal teori ilmu fiqih termasuk pengurusan janazah dirasa cukup sebagai bekal ilmu pengetahuan.
“Namun di dalam mengimplementasikannya jarang sekali santri yang mau terjun langsung di masyarakat karena masyarakat sudah terbiasa ketergantungan kepada Kaur Kesra, modin, atau amil,” kata Gus Muhammad.
Ia berharap santrinya nanti saat terjun di masyarakat, siap mental dengan persoalan yang dihadapinya termasuk saat mengurus jenazah.
“Proses mengurus jenazah sampai pemakaman itu mudah, hanya butuh keberanian, keterampilan, dan kemauan. Itu saja. Makanya saya mengharap santri At-Taslim kelak harus mampu dan mau,”harap Gus Muhammad.
Santri putri sengaja diikutsertakan karena calon jenazah juga berasal dari jenis perempuan. Sementara orang yang mengurus jenazah harus sesama jenis. Kalau pun dengan lawan jenis, maka ia harus keluarga atau mahram, ujarnya.
Sementara pemeragaan pengurusan jenazah ini dipandu oleh KH Nasroh. Ia menyatakan bangga dengan semangat peserta pelatihan dalam mengikuti materi dari awal sampai akhir acara sehingga dia merasa perlu memberikan apresiasi pada peserta/
“Biasannya pelatihan semacam ini, orang pada takut atau malas. Di sini justru sebaliknya. Semoga di masyarakat nanti mereka benar-benar mampu dan mau,” tutur KH Nasroh kepada NU Online.
Selain KH Nasroh, pemandu pelatihan ini adalah Kiai Hariri asal Wedung Kabupaten Demak. Kiai Nasroh dan Kiai Hariri merupakan alumni pesantren At-Taslim. (A Shiddiq Sugiarto/Alhafiz K)