Daerah

Pesantren An-Nur Kembangkan Hortikultura dan Lele

Selasa, 23 Juni 2015 | 19:02 WIB

Probolinggo, NU Online
Pesantren An-Nur di kelurahan Sumbertaman Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo tengah menggarap budi daya hortikultura dan ikan lele. Aktivitas ini dijalankan untuk menggerakkan ekonomi pesantren, juga masyarakat sekitar.
<>
Budi daya hortikultura yang dipilih pesantren ini adalah buah naga. Budi daya buah naga ini sudah dikembangkan sejak 2007 lalu dan berlangsung hingga kini di area pesantren. Terhitung 800 paket pohon yang terus dirawat. Masing-masing paket terdiri dari empat pohon. Artinya, ada 3.200 pohon yang tumbuh di pesantren dengan 360-an santri setempat.

Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) An-Nur Mahfudz Sahal mengatakan, dalam sekali panen sedikitnya pesantren mendapatkan pendapatan hingga Rp. 30 juta. “Jadi tidak membebani masyarakat. Jangankan membebani, pesantren juga melibatkan masyarakat sekitar untuk budi daya dengan sistem bagi hasil.

“KSM An-Nur juga membudidayakan jambu merah dengan memanfaatkan lahan kosong milik wali santri. Sistem kerja sama yang digunakan sama berupa bagi hasil,” ungkap Mahfudz Sahal, Selasa (23/6).

Budi daya ikan lele juga dilakukan di ponpes An-Nur. Meski baru berjalan selama 2 (dua) bulan terakhir, produksi bukan ikan mentahan. Lele diolah menjadi abon dengan melibatkan dua kelompok santri. Produksi abon ini kini merambah hingga Jakarta.

Mahfudz bercerita mulanya pesantren menggunakan Instalasi Pembuatan Air Limbah (IPAL) komunal untuk pesantren dan masyarakat sekitar. Dengan sistem ini air limbah menjadi jernih kembali dan kemudian dialirkan ke sungai.

Lambat laun pihak pesantren An-Nur merasa sangat sayang. Air jernih dari IPAL komunal dicoba diberi 1 kilogram bibit lele. “Ternyata hidup. Dari situlah budi daya ikan lele mulai dilakukan,” jelasnya.

Tak berselang lama, KSM An-Nur mendatangkan instruktur untuk melatih santri memproduksi abon dari ikan lele. Untuk penjualannya awalnya setiap siswa yang sekolah di pesantren membawa 10 pak abon lele ke rumah masing-masing untuk dijual.

Tak melulu meminta siswa, mereka juga diberi imbalan, untuk setiap penjualan 1 pak abon lele seharga Rp. 15 ribu setiap siswa mendapatkan Rp. 2 ribu. Karena itu para siswa sangat bersemangat.

Setelah itu, KSM An-Nur mengurus izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Probolinggo. “Langkah itu dilakukan agar produksi abon bisa dipasarkan di minimarket atau supermarket,” terangnya.

Meski usaha abon masih belia, pemesannya tak hanya dari dalam Kota Probolinggo. Pekan ini saja, pesantren An-Nur menerima pesanan 80 kilogram lele untuk dijadikan abon dan dikirim ke Jakarta. 80 kg lele itu menjadi sekitar 10 kg abon dengan harga sekitar Rp. 3.200.000.

Pekan depan, pemesan yang sama meminta 50 kg lele untuk dijadikan abon. “Dari tubuh ikan, tidak ada yang kami buang. Kulitnya dijadikan kerupuk rambak dan dikirim pada yang pesan,” akunya.

Pasca Idul Fitri nanti, KSM An-Nur akan mengembangkan. Jika sebelumnya proses budi daya dan produksi abon cukup melibatkan santri, pasca lebaran nanti masyarakat sekitar juga akan dilibatkan. Namun sebelumnya mereka akan dilatih.

“Langkah pengembangan dilakukan karena selama ini pihaknya selalu mengalami kekurangan bahan baku lele. Plus kekurangan tenaga produksi abon untuk memenuhi tingginya permintaan pasar,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)


Terkait