Bertujuan memperkuat aqidah dan ideologi Ahlussunah wal Jamaah dan Pancasila, Pimpinan Anak Cabang (PAC) Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus gandeng alumni pondok pesantren. Program ini merupakan tindak lanjut adanya usulan dari Rijalul Ansor untuk memperkuat benteng ideologi di masyarakat.
Ketua GP Ansor Dawe Mohammad Sahlan menyatakan pentingnya pembuatan wadah bagi para lulusan pondok pesantren. Menurutnya, para lulusan pondok pesantren merupakan aset yang harus diberi lahan dakwah untuk mengamalkan ilmunya.
"Wadah berupa lahan dakwah ini sangat penting bagi alumni pondok supaya mereka tidak digaet dan dimanfaatkan oleh golongan di luar kita yang melenceng dari aqidah Aswaja," katanya di Cendono Dawe, Kudus, Senin (8/5).
Sahlan menambahkan, aktualisasi diri oleh lulusan pondok pesantren itu perlu mendapat arahan dan perhatian sebaik mungkin. Sebab, biasanya lulusan baru belum begitu bisa beradaptasi kembali dengan kampung asalnya. Jika dibiarkan, bisa jadi akan dimanfaatkan oleh golongan radikalis untuk bertindak sewenang-wenang.
Maka dari itu, mereka akan dibina kembali dan didekatkan dengan masyarakat melalui langkah awal membentuk halaqah. Dalam halaqah para generasi fasih agama itu akan diberi pengarahan tentang strategi dakwah dengan tetap berlandaskan pada Aswaja dan cinta tanah air.
"Nanti kita kumpulkan alumni-alumni itu dalam suatu halaqah yang berisi doktrin dan penyadaran pentingnya NU dan Aswaja serta pendekatannya kepada masyarakat," bebernya.
Pembentukan wadah ini sesungguhnya juga didasari dengan semangat untuk menguasai masjid dan mushala sebagai pusat keagamaan masyarakat. Dengan itu diharapkan bisa menjadi benteng kokoh bagi masyarakat agar tidak dimasuki ideologi dan paham yang menyimpang.
"Ini merupakan langkah efektif untuk memperkuat semangat Aswaja dan Ke-NU-an dalam diri masyarakat," tambahnya.
Ketua Rijalul Ansor Kecamatan Dawe Saifuddin menjelaskan, latar belakang dibentuknya wadah ini adalah menjamurnya para jahula (pendakwah yang berpindah dari masjid ke masjid). Tanpa pendampingan dari ahlinya masyarakat awam akan mudah sekali tertipu dengan paham dan penampilan pakaian mereka.
"Fenomena jahula semacam itu harus menjadi fokus kita agar masyarakat tidak bingung dan terjerumus ke dalam ideologi yang melenceng.”
Lulusan pesantren dianggap mempunyai keahlian dalam ibadah, Aswaja, dan lain sebagainya. Saifuddin juga meminta kepada para pengurus ranting untuk mencatat siapa saja lulusan pondok pesantren yang bisa digandeng. (M Farid/Alhafiz K)