Daerah

Peringati Haul Pendiri, Pesantren Zaha Genggong Gelar Lailatul Qiro’ah

Rabu, 15 Juni 2016 | 16:01 WIB

Probolinggo, NU Online
Pesantren Zainul Hasan (Zaha) Genggong Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo, Selasa (14/6) malam menggelar Lailatul Qiro’ah. Kegiatan yang diikuti oleh ratusan warga NU ini dihadiri oleh qori internasional KH Muammar ZA dari Jakarta.

Lailatul Qiro’ah yang digelar dalam rangka memperingati Haul Almarhumah Al-Arifah Billah Nyai Hj Himami Hafshawaty ini dihadiri oleh Pengasuh Pesantren Zaha Genggong yang juga Ketua PWNU Jawa Timur KH Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, Mustasyar PCNU Kabupaten Probolinggo H. Hasan Aminuddin, pengurus PW Jam’iyyatul Qurra wal Huffadz (JQH) Jawa Timur dan sejumlah pejabat Pemkab Probolinggo.

Hasan Aminuddin dalam sambutannya sangat mengapresiasi kiprah santri pesantren yang telah lulus dan kembali ke kampung halamannya masing-masing. Dimana para santri ini biasanya setelah kembali ke masyarakat mendirikan pesantren.

“Apa yang dilakukan para santri ini tentunya sudah banyak membantu meningkatkan IPM Kabupaten Probolinggo. Sekarang pendidikan zamannya kualitas, bukan kuantitas lagi. Sudah bukan zaman lagi banyak-banyakkan santri, tetapi bagaimana mampu memberikan pendidikan yang berkualitas,” katanya.

Menurut Hasan, pelayanan pendidikan ini merupakan investasi untuk masa depan generasi muda. “Terima kasih kepada semua tokoh agama dan tokoh masyarakat yang telah banyak membantu dalam pembangunan pendidikan. Semoga anak-anak kita diselamatkan dari hal-hal yang tidak baik,” tegasnya.

Lebih lanjut Hasan mengajak segenap masyarakat untuk memanfaatkan momentum bulan suci Ramadhan untuk merestorasi jiwa agar menjadi orang yang baik dan menjadi contoh bagi anak-anaknya. 

“Saya menyampaikan terima kasih kepada segenap pengurus JQH NU Jawa Timur. Dimana Jamqur harus menjadi garda terdepan. Sebab Al Qur’an sudah banyak ditinggalkan. Seolah tidak ada waktu untuk membaca Al Qur’an. Marilah walaupun satu ayat, isilah alat komunikasi kita dengan ayat-ayat Allah yang bisa dibaca setiap saat,” tegasnya.

Terkait lailatul qiro’ah di bulan Ramadhan, Hasan menyampaikan hal ini dilakukan untuk menghormati Nyai Hj. Himami Hafshawaty. “Setiap kegiatan keagamaan, marilah menjadikannya sebagai bahan introspeksi diri,” jelasnya.

Hasan menyampaikan bahwa Hj. Himami Hafshaway merupakan istri soleha. Dia selalu tersenyum dan tidak pernah usul mau ikut sang suami tatkala keluar rumah. Malahan sang suami selalu didoakannya.

“Fenomena zaman saat ini, banyak pemimpin yang beretorika di tengah-tengah umat saat ini yang tidak cerdas mengamalkan aqidah Ahlussunnah wal Jamaah. “Saat ini kebanyakan orang berakal yang tidak diikuti keilmuwan, sehingga akalnya digunakan membuat fiqih yang bertentangan dengan aqidah Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja),” pungkasnya.

Sementara Gus Muhammad Haris mewakili keluarga Pesantren Zaha Genggong menyampaikan bahwa Lailatul Qiro’ah ini istiqomah dilakukan sejak 10 tahun yang lalu sekaligus untuk haul Nyai Hj. Himami Hafshawaty. Tujuannya merupakan forum silaturahim dari pecinta Al Qur’an.

“Dengan hadirnya bulan penuh berkah ini, dimana turunnya Al Qur’an bisa dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Ini merupakan upaya kita agar menjadi pembelajaran yang baik dalam mengajak santri belajar Al Qur’an,” katanya. (Syamsul Akbar/Fathoni)


Terkait