Jepara, NU Online
Persatuan Guru Nahdlatul Ulama atau Pergunu Kabupaten Jepara menggelar seminar dan bedah buku Madrasah Menatap Masa Depan, Mencari Format Sekolah Unggul. Kegiatan dilaksanakan di aula Kampus Universitas Diponegoro (Undip) Desa Teluk Awur, Tahunan, Jepara.
Kegiatan yang diikuti ratusan guru se-kabupaten Jepara itu menghadirkan dua narasumber H Fatah Syukur, guru besar ilmu manajemen pendidikan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang dan M. Asyhari selaku penulis buku.
Tampak hadir Fatkhul Huda selaku Ketua LP Ma’arif NU Jepara serta KH Hayatun Abdullah Hadziq, Ketua PCNU Jepara yang juga membuka acara.
Fatah Syukur menyampaikan bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan Islam yang selalu menarik untuk diperbincangkan. “Madrasah lahir sekitar abad ke-18 dari ruh pesantren,” katanya, Selasa (30/1). Dalam perjalanannya madrasah mengambil terobosan lebih, tidak hanya sesuai dengan regulasi sekolah tetapi tidak meninggalkan ruhnya yakni pesantren, lanjutnya.
Guru besar kelahiran Kudus 12 Desember 1968 itu melansir data yang keluarkan Kemenag Jawa Tengah bahwa dari tahun 2014 hingga 2015 di provinsi ini memiliki 10.740 madrasah. “10.441 madrasah atau 95.21 % adalah swasta. Sisanya sejumlah 229 atau 4.79 % adalah madrasah negeri,” jelasnya.
Setiap tahun, lanjutnya ada sekitar seratus pemohon yang mengajukan izin operasional madrasah baru. Meski demikian perlu juga dipikirkan kualitasnya.
Guru besar bidang ilmu manajemen pendidikan tersebut berharap madrasah tidak hanya berinvestasi di bidang fisik, tetapi juga sumber daya manusia atau SDM.
Sementara itu, M Asyhari mengungkapkan buku kedua yang telah di tulisnya itu prosesnya digarap saat menginap di rumah sakit. Menurut pengawas di Jepara ini, ciri madrasah unggul ada dua yakni murid harus fasih membaca Al-Qur’an, serta menjamin moralitas anak.
Di akhir paparannya, M Asyari mengemukakan bahwa Islam di Indonesia dijaga oleh tiga pilar yakni masjid, madrasah dan pesantren. (Syaiful Mustaqim/Ibnu Nawawi)