Daerah

Pentingnya Mengetahui Sanad Istighotsah serta Dzikir

Ahad, 27 Mei 2018 | 16:15 WIB

Sidoarjo, NU Online

Bacaan istighotsah yang akrab di masyarakat, serta dijadikan dzikir secara pribadi dan bersama jamaah selama ini ternyata melewati sejumlah perjalan. Tak semata pengalaman fisik, nuansa spiritualitas juga mengiringi. Memahami sanad dan kisah di balik bacaan tersebut sangatlah penting.


“Mengenal penyusun istighotsah sangat penting agar apa yang kita doakan cepat terkoneksi dengan sinyal Allah SWT,” kata KH Ishomuddin Ma’shum, Ahad (27/5). 


Kiai yang juga penulis buku Sejarah dan Keutamaan Istighosah tersebut menjelaskan terkait wirid yang hingga kini dikenal baik oleh warga Nahdlatul Ulama tersebut. “Bahwa sejumlah kalimat istighotsah yang sering dibaca adalah disusun oleh almursyid KH Romli Tamim Rejoso Jombang,” katanya pada acara yang berlangsung di Masjid Agung Sidoarjo, Jawa Timur tersebut. 


"Bahkan hingga kini pada acara kampung, pesantren, majelis tarekat dan agenda NU, susunan dari KH Romli Tamim inilah yang dijadikan sebagai pegangan," lanjutnya. 


Menurut Kiai Ishomuddin, kalimat istighotsah disusun dan urutannya tidaklah sembarangan. “Itu berdasarkan tirakat yang dilakukan oleh Kiai Romli, yakni puasa mutih selama tiga tahun,” jelasnya di hadapan ratusan peserta yang hadir. 


Dalam perjalanan puasanya, Kiai Romli sering bertemu Nabi Muhammad SAW dan salafus shaleh demi memastikan bacaan apa yang diperintahkan. 


“Misalnya saat bertemu Nabi Muhammad SAW agar membaca istighfar, bertemu Sunan Ampel agar membaca Ya Hayyu Ya Qayyum, dan seterusnya,” ungkapnya.


Tidak berhenti sampai di situ, setelah tersusun, naskah wirid istighotsah dikonsultasikan ke Hadlratusysyaikh Kiai Hasyim Asyari. “Kiai Hasyim mengiyakan sekaligus menambahkan satu wirid, yaitu bacaan Ya Allah Ya Qadim,” jelasnya.


Begitu juga saat menyampaikan ke KH Abdul Wahab Hasbullah (Mbah Wahab) juga menambah satu aurad. “Hal itu disampaikan melalui menantunya, yang juga putra Kiai Romli, yakni Kiai Mustain Romli,” katanya.


Dengan demikian, penting 'nyambung rasa’ dengan sanad penyusun istighotsah. “Agar setiap wirid yang dibaca benar-benar berkah dan memberikan efek positif bagi pembacanya,” katanya.


KH Abd Wahid Harun selaku Wakil Rais Pengurus Cabang NU Sidoarjo memotivasi hadirin agar terus rajin beristighotsah. “Dari paparan penulisnya, kita paham asal usul wirid tersebut sehingga nahdliyin harus berkirim doa juga kepada pengarangnya,” ungkapnya. Juga kepada ulama yang terlibat agar doa yang dimohonkan berkah dan gampang nyambung. 


“Hindari majelis dzikir yang tidak memperhatikan kesanadan bacaan, apalagi hanya kutip di media sosial atau internet,” pesannya.


Wasid Mansyur dari Pimpinan Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama Jawa Timur mengingatkan peserta untuk membaca buku ini dengan seksama. “Itu semua agar kita memiliki kemantapan dalam mengamalkan berbagai wirid yang telah disusun oleh Kiai atau Mbah Romli tersebut,” jelasnya. 


Acara ini dimulai sejak pukul 08.00 hingga 10.30 WIB. Peserta merupakan utusan dari berbagai elemen, termasuk Fatayat NU, Rijalul Ansor, Jam’iyatul Qurra wal Huffadz, serta masyarakat umum. 


Pada kegiatan yang diikuti sekitar 400 peserta tersebut diberikan pula talih asih untuk menyemarakkan gerakan ayo mondok. (Red: Ibnu Nawawi)


Terkait