Pengurus Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, terus melaksanakan safari Pelatihan Muharrik Masjid. Setelah sukses di beberapa kecamatan, kegiatan serupa dilaksanakan di Kecamatan Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang, Ahad (6/3).
Seluruh pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) dari 100 masjid se-Kecamatan Tanjungkerta dikumpulkan di Masjid Darul Quran Al-Hikamussalafiyyah, kecamatan setempat. Mereka dibekali tentang materi ke-NU-an, Aswaja, dan muharrik masjid.
Muharik atau penggerak masjid bertugas mengoordinasi masjid-masjid tertentu untuk diperdayakan baik dari segi aktivitas ibadah, pendidikan, ekonomi, dan lainnya. Para peserta juga menerima surat keputusan (SK) masjid yang mereka urus. SK tersebut sengaja dibuatkan oleh pengurus LTM NU Sumedang untuk meperjelas bahwa masjid yang mereka makmurkan yaitu masjid NU.
Ketua PCNU Sumedang H Sa'dulloh yang membuka kegiatan tersebut menyatakan bahwa saat ini banyak kelompok ekstrem yang hendak menguasai masjid-masjid NU. Mereka datang ke masjid tersebut dan berusaha memprovokasi masyarakat sekitar masjid untuk menyalahkan praktik ubudiyah NU dan menjelek-jelekkan pemerintah.
“Kegiatan pelatihan muharrik masjid saat ini diharapkan jadi momentum untuk bersatunya warga NU dalam memerangi paham-paham yang tidak benar,” ujarnya.
Pernyataan ketua PCNU Sumedang diamini oleh ketua LTM NU Sumedang, Eman Sulaeman. Pelatihan muharrik masjid NU berupaya untuk membentengi masjid dari serangan golongan orang-orang yang tidak suka dengan Pancasila, NKRI, dan ubudiah Aswaja ala NU. Karenanya, kegiatan kali ini mengusung tema “Masjid Benteng Pertahanan NU dan NKRI”.
Golongan yang tidak suka dengan NU, kata Eman, terus berupaya menebar fitnah kepada masyarakat dengan membuat propaganda bahwa semua ubudiyah NU adalah bid'ah. Mereka berusaha menjauhakn kecintaan umat terhadap Baginda Rasulullah SAW dengan melarang membaca shalawat dan tidak boleh memperingati maulidnya. Jika umat sudah tidak cinta kepada Rasulullah SAW maka umat islam akan mudah untuk dipecah belah.
“Kita selaku pengurus DKM harus berani menolak jika ada golongan tersebut mendekati masjid NU. Perlu diingat, kadar bobot kecintaan umat kepada Allah SWT dilihat dari sejauh mana kecintaan umat kepada Rasulullah SAW,” tegas Eman Sulaeman. (Ayi Abdul Kohar/Mahbib)