Buleleng, NU Online
Untuk mengetahui bagaimana dampak Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara terhadap lingkungan, Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor Kecamatan Gerokgak, Buleleng Bali mengadakan diskusi dengan menghadirkan Narasumber dari Greenpeace Indonesia dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bali, Rabu (21/2).
Acara yang diadakan di Gedung NU Gerokgak ini merupakan bentuk kepedulian GP Ansor terhadap lingkungan di Indonesia khususnya di Bali sendiri, dimana sejak tiga tahun lalu telah dioperasikan PLTU satu satunya di Bali yang letaknya berada di wilayah Kecamatan Gerokgak.
Dalam kesempatan tersebut, Tim Greenpeace menjelaskan bagaimana batubara yang dibakar di PLTU memancarkan sejumlah polutan seperti NOx dan SO3, contributor utama dalam pembentukan hujan asam dan bahaya kesehatan akibat partikel halus (PM2.5) dari emisi udara.
PLTU Batubara juga memancarkan bahan kimia berbahaya dan mematikan seperti Mercuri dan Arsen. Menurut data dari Greenpeace, partikel yang sangat berbahaya tersebut dapat mengakibatkan kematian dini sekitar 6.500 jiwa per tahun di Indonesia.
Selain kesehatan, keberadaan PLTU di Indonesia juga mempengaruhi penghasilan warga sekitar, seperti para nelayan. Dimana setelah PLTU dibangun, hasil tangkap ikan turun drastis, dan bahkan harus beralih profesi. Dari penghasilan yang tak menentu, berdampak pada sosial ekonomi keluarga.
Di Indonesia, masih menurut data Greenpeace, cadangan Negara kita hanya memiliki 3 persen cadangan batubara dunia. Sehingga ini akan dikhawatirkan dimasa mendatang bahan batubara habis dan tentunya akan mengimpor batubara dalam pengoperasian PLTU.
Solusi yang ditawarkan Greenpeace yang disampaikan dihadapan puluhan kader Ansor adalah mengganti pembangkit listrik dari batubara kepada Energi Baru Terbarukan (EBT), seperti tenaga surya fotovoltonik, air, angin, panas bumi serta biomassa. Hal ini menjadi solusi sebagaimana yang juga mulai dilakukan oleh Amerika, China, India dan Negara Negara lain.
Sementara itu, perwakilan dari LBH Bali mengatakan bahwa hampir semua PLTU di Indonesia memiliki masalah pada proses pembebasan lahan dengan masyarakat sekitar. Termasuk juga pada janji janji manis pada masyarakat untuk dipekerjakan yang tak terpenuhi.
Ketua GP Ansor Kecamatan Gerokgak, Abdul Karim Abraham berharap pemerintah harus sesegera mungkin beralih pada sumber energi terbarukan.
"Indonesia sangat potensial untuk mengandalkan sumber energi yang lebih ramah dan murah dibandingakan batubara yang cenderung membahayakan," tegasnya. (Iboy/Fathoni)