Semarang, NU Online
Ulama kharismatik KH Munif Mohammad Zuhri mengatakan, sejak didirikan hingga sekarang Nahdlatul Ulama (NU) selalu menjadi pusat perhatian masyarakat, tidak hanya lingkup nusantara tetapi seluruh dunia.
"Dalam sejarah bisa kita baca bagaimana kiai-kiai NU sampai diundang ke Hijaz untuk membahas berbagai persoalan umat di seluruh dunia. Ini bukan organisasi main-main. Tetapi para ulama mendirikannya untuk menjaga kemaslahatan umat," kata pengasuh pondok pesantren Giri Kusumo, Mranggen, Demak itu.
Gus Munif mengatakan hal itu ketika menyampaikan tausiah dalam acara silaturahim dan halal bi halal Balung Pisah NU se-Jateng di Kampus Fakultas Kedokteran, Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Nongkosawit, Gunungpati, Semarang, Sabtu (14/7) kemarin.
Sesepuh Balung Pisah H Ali Mufiz mengatakan, acara tradisi yang sudah ke-11 kali diselenggarakan bertujuan mengumpulkan warga Nahdliyyin yang berada di berbagai lapisan masyarakat. Ada alim ulama, akademisi, praktisi, politisi, profesi, dan lain-lain semua kumpul menjadi satu.
Ketua PWNU Jateng yang baru saja terpilih dalam konferwil KH Muzamil menyampaikan pidato perdana. Para mantan Ketua PWNU Jateng juga hadir antara lain KH Achmad, HM Adnan, dan H Abu Hapsin. Tampak pula para profesor dan doktor dari kalangan NU didaulat duduk di panggung untuk membaca dzibaan.
Menurut Muzammil, berkhidmat (mengabdi) di NU jangan dilihat dari apa jabatannya, tetapi apa yang harus dilakukan sesuai peran masing-masing, hal ini semata-mata untuk berbakti kepada bangsa dan negara. "Di manapun posisinya yang terpenting bagaimana cara berkhidmad kepada NU dan Indonesia," katanya.
Menurutnya, warga NU memiliki tiga ukuran setiap mengambil suatu keputusan. Yakni, akidah, syariah dan akhlak. Tiga hal tersebut diterapkan baik sebagai warga NU maupun dalam berbangsa bernegara. "Itu sebagaiaman pemahaman yang kami dapat dari guru kami. Setiap akan mengambil keputusan harus mempertimbangkan tiga hal itu," paparnya.
Oleh karena itu, Kiai Muzammil berpesan agar warga NU selalu menghormati alim ulama.
"NU tidak akan goyang menghadapi tantangan zaman kalau tetap bersatu. Jika diperintah ulama, sami'na wa ato'na (mamperhatikan dan melaksanakan) karena demi kemaslahatan umat," imbuhnya.
Sementara itu KH Mohammad Arja Imroni dalam taushiyahnya mengatakan, semua unsur masyarakat, khususnya warga nahdliyin di Kota Semarang dan Jawa Tengah harus bersatu memajukan Nahdlatul Ulama (NU). Persatuan tersebut diharapkan menjadikan NU semakin besar dan maju dalam memberikan manfaat kepada bangsa dan negara.
"Semua warga NU, baik yang jadi pemimpin, pengusaha atau yang lainnya harus bersatu, supaya NU semakin maju demi kemaslahatan umat, bangsa dan negara," kata Arja Imroni.
Dalam kaitannya halal bi halal dan silaturahmi, Kiai Arja mengatakan, Allah menciptakan makhluk hidup terdiri dari tiga perangai. Yakni, makhluk yang tidak pernah melakukan kesalahan yaitu malaikat. Selanjutnya makhluk yang cenderung melakukan kesalahan yaitu iblis dan syetan, dan makhluk di antara keduanya yakni, manusia.
"Yang di tengah tengah itu manusia, kadang benar, kadang salah," paparnya.
Sementara Rektor Unwahas, Mahmutarom saat memberikan sambutan mengaku bangga atas kehadiran para sesepuh kiai NU Jateng. Dia berharap, agar selalu dibimbing dalam menjalankan tugas.
Mantan Gubernur Jateng, KH Ali Mufiz saat diminta memberi sambutan berharap, persaudaraan antarwarga NU semakin erat, meski memiliki kegiatan masing-masing. (Zulfa/Muiz)