Daerah

Mahasiswa Unwahas Semarang Kembangkan Aquabisnis Udang Hias

Selasa, 2 Juli 2019 | 09:00 WIB

Mahasiswa Unwahas Semarang Kembangkan Aquabisnis Udang Hias

Mahasiswi Unwahas tekuni bisnis udang hias

Semarang, NU Online 
Potensi budidaya udang hias air tawar sebagai lahan bisnis saat ini cukup besar. Mengingat permintaan udang hias tidak hanya datang dari pasar ikan hias lokal, tetapi sudah diminati pasar ekspor, seperti Jepang, Thailand, Singapura dan Jerman.

Potensi yang cukup menjanjikan itu dicoba Tim Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, Jawa Tengah yang terdiri dari 3 mahasiswa jurusan Hubungan Internasional dan Ilmu Politik yakni Laili Nur Indah Sari, Fuad Dzakiya Iffa al-Rosyada, dan Fitria Nur Hasanah Ari Kartikawati mengembangkan 'Aquabisnis Udang Hias Red Rilly'.

Dipilihnya udang jenis Crystal Red Shrimp atau lebih dikenal Red Rilly, Red Fair, dan Red Cherry lantaran paling diminati di pasaran karena keindahannya. Selain itu udang hias itu dapat disilangkan dengan jenis udang neocaridina warna lain.

Udang Red Rilly memiliki ukuran sekitar 3cm, semakin kecil ukuran udang Red Rilly semakin mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Udang itu sama dengan jenis udang lain, saat ukuran tertentu akan mengganti kulit. Fungsi ganti kulit pada udang bertujuan untuk memperbesar ukuran tubuh dan beradaptasi pada lingkungan airnya.

“Alasan pemilihan Red Rilly dikarenakan udang ini sedang menjadi tren. Terlebih lagi, udang ini bisa hidup di air tawar sehingga membuat peternak ikan hias air tawar tertarik membudidayakannya. Dengan Cara Penanganan Ikan Yang Baik (CPIB) diharapkan kualitasnya bisa terjaga. Sekali bertelur, Red Rilly dapat menghasilkan telur sampai 20 ekor anakan,” papar ketua Tim, Laili, Selasa (2/7).

Jenis Udang itu kali pertama dipopulerkan peternak asal Taiwan sekitar 2010 silam. Udang hias air tawar itu menjadi hewan pilihan utama dalam aquascape karena indah dipandang, ramah, mudah berkembang biak, dapat membersihkan kotoran dalam aquarium bahkan dapat hidup berdampingan dengan jenis ikan tertentu.

Setelah mampu mengembangkan pembudidayaan Red Rilly, mereka menyiapkan sistem pemasaran secara manual dan online dengan cara dititipkan pada penjual-penjual ikan hias baik dan memanfaatkan berbagai platform digital, seperti WhatsApp, Facebook, Instagram, dan media sosial lainnya. "Harga jual Red Rilly per ekor bisa mencapai Rp2.000 hingga Rp3.000 tergantung ukuran besar kecilnya, ujar Laili.

Dosen pendamping, Ali Imron yang memberikan bimbingan pelaksanaan program juga terus memotivasi tim untuk selalu berpikir kreatif dalam meningkatkan kapasitas diri baik di bidang akademik ataupun non akademik terlebih di era milenial ini. "Mahasiswa Unwahas harus berfikir maju hingga keluar kampus, sehingga setiap peluang dan kesempatan yang ada harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya," ungkap Ali.

Untuk itu, pemanfaatan teknologi yang berkembang dengan pesat ini harus mampu dimanfaatkan dengan baik untuk memenuhi kebutuhan atau gaya hidup yang terus berkembang pesat. (Mustaqim/Muiz)


Terkait