Daerah

Mabes Polri Ajak Nahdliyin Sidoarjo Jaga Suasana Aman

Jumat, 12 Juli 2019 | 18:00 WIB

Sidoarjo,  NU Online
Tantangan zaman terus berubah. Saat ini yang sedang marak adalah aksi teror, gerakan radikal dan penyebaran berita bohong di media sosial. Sejumlah kalangan hendaknya lebih waspada dan mengantisipasi sejak dini. 

Peringatan disampaikan AKBP Syuhaimi dari Baintelkam Mabes Polri saat melakukan sosialisasi keamanan dan ketertiban masyarakat atau Kamtibmas kepada warga Desa Kwangsan, Kecamatan Sedati, Sidoarjo, Jawa Timur. Kegiatan dipusatkan di masjid Asy-Syuhada, Jumat (12/7) malam.

Menurutnya, salah satu cara agar bisa meminimalisir bahkan mencegah sejumlah ancaman keamanan tersebut adalah silaturahim. “Termasuk kegiatan silaturahim yang diadakannya bersama jamaah dan warga sekitar masjid Asy-Syuhada Kwangsan Sedati ini,” katanya, 

Dalam pandangannya, banyak manfaat yang bisa diambil dari kerapnya menggelar silaturahim. “Yakni negara akan tetap terjaga dengan aman damai serta kondusif,” urainya. 

Secara khusus, dirinya mengajak warga yang memadati masjid Asy-Syuhada untuk terus mempertahankan dan meningkatkan budaya saling bertemu dan bermusyawarah demi terjaganya persatuan atau ukhuwah. 

“Melalui silaturahim kita tingkatkan ukhuwah islamiyah guna mereduksi penyebaran berita hoaks, intoleransi dan ekstremisme," katanya kepada jamaah yang mayoritas nahdliyin.

Kegemaran menjalin silaturahim hendaknya juga bisa diteruskan di tempat lain. “Silaturahim hendaknya tak hanya dilakukan di masjid ini, akan tetapi juga dapat dilakukan di beberapa tempat lainnya,” harapnya.

Menurutnya, pihak kepolisian terus mendorong kegiatan silaturahim dengan memanfaatkan banyak lokasi. “Di Jawa Timur kita sudah beberapa kali mengadakan kegiatan yang sama dan kebetulan sekarang kami memilih Desa Kwangsan untuk memberikan imun atau kekebalan agar paham radikal tidak masuk ke wilayah ini," tegasnya.

Berikutnya dikemukakan, silaturahmi adalah bentuk sinergitas antara ulama dan umara. “Apabila ulama dan umara bisa duduk bersama dan berdiskusi, insyaallah negara ini akan tetap terjaga dengan aman damai dan kondusif,” ungkapnya.

Dirinya ingin bersinergi dengan ulama dan tokoh masyarakat supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. “Jangan sampai anak kita, cucu dan keponakan kita teridentifikasi kelompok radikal. Kita semua harus waspada," tandasnya.

Menyikapi kondisi kelompok radikal yang saat ini semakin merebak, AKBP Syuhaimi menyatakan bahwa hal itu menjadi tanggung jawab bersama. Disinggung soal tanda tanda kelompok radikal, ia menyebutkan bahwa tanda yang paling sederhana adalah terlihat dari gelagat atau adanya perubahan yang signifikan.

Karenanya, di ujung penjelasan dirinya mengemukakan langkah yang dapat dilakukan bila menemukan gelagat yang mencurigakan.

"Langkah pertama yang bisa kita lakukan adalah pengawasan kepada indikator yang telah terlihat. Misalnya ada orang yang gelagatnya berbeda seperti mencuri, berbohong, maupun tidak konsisten,” sergahnya.

Sementara itu salah satu tokoh agama Desa Kwangsan, Ustadz Subkhan mengatakan, silaturahim atau sosialisasi Kamtibmas yang dilakukan Mabes Polri merupakan bentuk amar ma’ruf nahi munkar.

"Melalui silaturahmi ini kita tingkatkan ukhuwah islamiyah guna mereduksi penyebaran berita hoaks, intoleransi, dan ekstrimisme,” katanya. 

Menurutnya, sosialisasi dari pihak kepolisian membuat sejumlah kalangan tergerak hati untuk turut menjaga suasana aman. “Ini menyadarkan kita semua bahwa menjaga keamanan bukan tugas dari Polri saja, melainkan tanggung jawab kita bersama,," ungkapnya.

Oleh karena itu, lanjut Subkhan, sesama saudara sebangsa dan setanah air harus menjaga persaudaraan. 
“Terutama sesama Muslim yakni menjaga tali persaudaraan seiman atau ukhuwah islamiah, saudara sebangsa yakni ukhuwah wataniah dan saudara sesama manusia atau ukuwah basariah,” jelasnya.

Karena ketiga hal tersebut adalah modal untuk tetap menjaga toleransi dalam melihat perbedaan dengan orang lain. Karena kalangan yang telah memahami perbedaan tidak akan pernah memaksakan kehendaknya dalam hidup bermasyarakat dan sudah pasti menjauhi kekerasan. 

“Orang yang bertoleransi akan menghormati dan menghargai orang lain. Sehingga mereka jauh dari sifat menghina, mencaci bahkan memfitnah orang lain,” pungkasnya. (Moh Kholidun/Ibnu Nawawi).


Terkait