Daerah

Lintas Agama Peringati Haul Ke-7 Gus Dur di Tegal

Jumat, 20 Januari 2017 | 13:00 WIB

Tegal, NU Online
Sebuah komunitas yang menamakan diri Forum Silaturahmi Nusantara (FSN) menggelar peringatan Haul KH Abdurrahman Wahid (Gusdur) ke-7 dan HUT FSN yang ke-1 di Gedung Korpri Slawi Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Kamis (19/1).

Para pemuka agama dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan penganut kepercayaan leluhur berkumpul dalam acara tersebut. Kegiatan ini juga menjadi momen pengukuhan pengurus Muda-Mudi Forum Silaturahim Nusantara yang diharapkan memperkuat  persaudaraan antarumat beragama di segemen pemuda.

Berbagai kesenian dari berbagai aliran agama ditampilkan, bahkan beberapa dikolaborasikan, yakni Paduan Suara dari Katholik dan Tim Hadrah dari agama Islam, yang menyanyikan “Tombo Ati.” Ditambah lagi dengan adanya sesi dialog dengan para pemuka agama makna dan urgensi toleransi.

“FSN menghadirkan ketenangan di Kabupaten Tegal. Gejolak yang ada di tingkat nasional tak berpengaruh sedikitpun di Kabupaten Tegal. Karena kami percaya bahwa damai itu indah.” cetus Ketua FSN H Muslih.

Ia menyampaikan, FSN sudah memberikan satu aksi, kenyamanan, suasana yang kondusif dalam kehidupan berbangsa dan beragama di Kabupaten Tegal. “Di HUT yang pertama ini, kami sungguh butuh masukan, butuh kritikan, pastinya masukan dan kritikan yang membangun demi FSN yang lebih baik lagi,” ujarnya.

Ketua PCNU Kabupaten Tegal H Was’ari yang dalam kesempatan tersebut menyampaikan sambutan mewakili Bupati Tegal mengajak kepada semua pihak untuk bersatu padu membangun Bangsa.

“Saya berdiri di sini menikmati keindahan pelangi. Warna hijau bagus, biru baik, ungu tidak kalah baik. Ketika warna-warna itu diramu dijadikan satu maka akan dirasakan keindahannya. Inilah yang saya lihat pada malam hari ini,” tuturnya.

Ia menambahkan, ada empat fungsi dari perngatan haul, antara lain minta ampunan, mengenang, meneladani, dan mengimplementasikan.

“Jika Gusdur masih hidup, dan melihat kondisi Nasional yang seperti ini, maka hanya satu kalimat yang akan terucap, Gitu Aja Kok Repot.” cetunya.
 
“Terakhir kami menyampaikan terima kasih kepada FSN yang telah memberikan kenyamanan, keamanan menuju Tegal yang di impikan. Semuga amal ibadah rekan-rekan semua diterima oleh Tuhan YME.” tambahnya.

Putri Gus Dur Inayah Wahid menyampaikan pentingnya menjaga keberagaman, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurutnya, kita tidak bisa memaksakan kenyataan untuk sama. Inayah menganologikan dalam sebuah pertanyaan, “Jika dalam sebuah daerah, polisinya jadi petani, DPR-nya jadi petani, presidennya jadi petani, TNI-nya jadi petani, lalu petani jadi apa?”

Inayah dalam kesmepatan itu juga menyuguhkan dua puisi berjudul “Santri Bertanya pada Guru”  dan “Doa Seorang Milenial”.

Di sesi akhir, Gus Muwafiq dari Yogyakarta memberikan pencerahan kepada pengunjung, jika saja semua pihak mau belajar ke belakang, mengenal, memahami dan mengerti sejarah berdirinya bangsa Indonesia, sejarah munculnya agama, sejarah adanya manusia, maka tidak akan ada gejolak seperti yang belakangan terjadi. Karena sesungguhnya Allah SWT mencipatakan keberagaman agar manusia pandai bersyukur.

“Bila kau tak berkawan dengan orang Yahudi, mengajak bermusuhan dengan orang Yahudi, lantas apakah engkau berangkat haji dengan jalan kaki? Saya ceramah di sini, eh ternyata microphonnya buatan Jepang, Eh pakaian saya  made in China, eh HP saya buatan Firlandia, begitu pun dengan Anda. Maka Anda tidak boleh berkata ‘saya tidak perlu bersyukur kepada orang lain’.” tegasnya. (Moh. Ali Sukron/Mahbib)



Terkait