Daerah

Kirab Satu Suro, Napak Tilas atau Perayaan?

Selasa, 28 Oktober 2014 | 01:02 WIB

Solo, NU Online
Di momentum peringatan malam satu suro tahun ini (24/10), Langit Kota Solo pada malam itu tampak cerah. Warga pun mulai berdatangan untuk menyaksikan sebuah tradisi tahunan yang biasa digelar tiap pergantian tahun Hijriah ini.
<>
Rombongan kirab mulai berjalan dengan formasi rombongan kerbau berada di barisan depan. Di belakangnya mengiringi rombongan yang membawa pusaka dan lainnya. Mereka berangkat dari Kori Kamandungan menuju Brojonolo.

Pengageng Kusuma Wandawa Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KGPH Puger, mengatakan peringatan malam satu suro ini dilakukan seperti biasa.

“Seperti biasa untuk memperingati Tahun Baru Islam, kerbau dan pusaka dikirab. Dalam perjalanannya budaya ini kan milik semua orang, termasuk kirab ini juga milik semua masyarakat,” kata dia, di sela-sela acara.

Menurut keterangan dari salah satu buku yang dikeluarkan dari Keraton Kasunanan Surakarta, tujuan kirab satu suro ini digelar salah satunya untuk mengingat kembali prosesi perpindahan keraton dari Pajang (Kartasura) ke Solo (Surakarta).

Adapula, versi yang menerangkan bahwa kirab dengan diiringi kerbau ini merujuk pada hal yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. ketika memilih tempat untuk dibangun Masjid Nabawi, dengan menggunakan unta al-Qoswah.

“Saya pernah baca di buku Keraton kalau kerbau itu yang menjadi cucuk lampah perpindahan dari Kartasura ke Surakarta,” ungkap Wakil Ketua PCNU Sukoharjo, Sofwan Faisal Sifyan.

Namun, menurutnya tradisi kirab ini hanya sebatas "perayaan" bukan napak tilas. “Kalau napak tilas tentunya dari Kartasura ke Surakarta,” ujarnya.

Meski demikian, Sofwan tetap berharap agar tradisi ini tetap dilestarikan, dengan memperbaiki kekurangan dan penyimpangannya serta mengakomodasi tradisi baru yang lebih baik.

“Soal ada penyelewengan keyakinan rebutan kotoran kerbau, ya itu wajib diluruskan orang-orang terdekat dan bukan dilenyapkan begitu saja,” tegasnya. (Ajie Najmuddin/Mahbib)


Terkait