Jogja, NU.Online
Lawatan Presiden Megawati yang juga ketua umum DPP PDIP ke pondok pesantren (ponpes) AL-Hikam Malang, asuhan ketua umum PBNU KH Hasyim Muzadi, beberapa waktu lalu, mengundang reaksi keras dikalangan pondok pesantren di DIJ.
Buktinya kemarin, senin (16/2), ponpes Sunan Pandanaran, yang terletak di jalan Kaliurang, Ngaglik, Sleman, Jogja mengadakan diskusi bertema ’’Peran Pesantren dalam mencari resolusi konflik menjelang pemilu 2004’’. Ketua PBNU KH Salahuddin Wahid, salah satu nara sumber, mengatakan, perasaan mosi tidak percaya antar parpol atau politisi akan membuat kebingungan dikalangan masyarakat bawah, jika perasaan ini terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan akan timbul kericuhan dan kerusuhan dalam pemilu mendatang.
<>‘’Maka untuk mencegahnya, dalam pemilu mendatang kiai dan ponpes harus bersikap netral. Tapi, kita tidak bisa menghindar, bahwa banyak juga kiai yang ikut dalam politik praktis, bahkan berpindah-pindah parpol,’’ kata adik kandung Gus Dur ini.
Meski begitu, dia mengingatkan pada kiai yang ikut dalam politik praktis, maka kiai itu harus bisa membedakan posisinya, saat dia ada di pesantren dan di luar pesantren. Karena selama ini kiai yang ikut politik praktis, banyak juga yang memberikan pernyataan yang membingunkan umat. Oleh karena itu,
Gus Soleh, sapaan akrab Salahuddin Wahid, berharap kepada kiai agar berhati-hati dalam memberikan komentar dalam berbagai kasus yang berkembang di tanah air. Selain itu, jika dilihat dari segi perannya, antara dunia politik dan dunia dakwah. Keduanya memiliki perbedaan yang cukup kontras. Dunia politik penuh dengan siasat bahkan ada yang menghalalkan segala cara untuk mengalahkan lawan politiknya. Sebaliknya, dunia dakwah adalah dunia yang penuh kejujuran dan keikhlasan dengan tujuan membina moral akhlakul karimah masyarakat.
‘’Tapi akan lebih baik dan ideal lagi, jika kiai dan ponpes juga bisa memberikan pendidikan politik kepada masyarakat sekitarnya, bahwa politik itu harus dijalankan dengan mengikuti aturan dan etika,’’ tambah pria kelahiran Jombang ini. (kd-Jg/mar)