Yogyakarta, NU Online
Hari Jum’at merupakan hari besar umat Islam. Makanya, umat Islam harus menjadikannya momentum refleksi dan perbaikan diri.
<>
Media sangat efektif adalah ketika khutbah Jum’at. Materi khutbah yang menyentuh dan menjawab persoalan masyarakat setempat merupakan keniscayaan. Inilah yang sudah dilakukan para Walisongo jaman dulu.
Demikian kesepakatan yang dihasilkan para takmir masjid di wilayah Imogiri Bantul dan sekitarnya dalam diskusi “Peran Masjid dalam Menjawab Persoalan Masyarakat” yang diselenggarakan P3M dan Ta’mir Masjid Nurul Yaqin, Tlogo Imogiri Bantul (16/04).
Para ta’mir masjid menyadari bahwa khutbah Jum’at seringkali hanya mengawang, di atas langit, sedikit sekali yang memberikan wacana pencerahan dan solusi sosial di sekitar. Maka dari itu, sudah saatnya para khotib ketika menyampaikan khutbah menekankan ajaran Islam yang bisa menjawab persoalan lokal.
“Khutbah Jum’at ini media sangat efektif. Semua umat Islam berkumpul bersama tanpa ada paksaan dan undangan. Semua dilakukan dengan penuh kesadaran. Untuk itu, khutbah yang mesti disajikan juga berisi solusi masalah lokal, sehingga ketika umat mendengarkan, bisa meresapi dan melaksanakan ketika selesai jum’atan,” tegas Beny Susanto, Koordinator P3M DIY dan juga Ketua LPP PWNU DIY.
Sementara itu, KH Abdul Muhamimin yang menjadi pembicara menjelaskan bahwa masjid harus menarik bagi anak muda. Baginya, selama ini masjid hanya menarik orang tua saja, anak mudanya banyak yang pergi ke mall dan tempat hiburan.
“Masjid harus kita desain bersama menjadi tempat yang asyik dan cocok buat anak muda. Kita jadikan masjid sebagai pusat ilmu, sehingga anak muda bisa belajar dan mencari solusi masyarakatnya,” tegasnya.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Rokhim, Solikhin