Jember, NU Online
Soal ilmu kanuragan dan sejenisnya sebenarnya tidak asing lagi bagi kalangan warga nahdliyyin. Sebab, hal tersebut sudah menjadi budaya kaum nahdliyyin secara turun temurun. Cuma, persoalannya kebudayaan tersebut tergerus arus zaman karena tidak intens dilestarikan.
<>
“Akibatnya, hal-hal seperti itu sekarang jadi langka. Apa yang dilakukan Limbad, Ki Joko bodo, itu sebenarnya mainan kita sejak lama,” tutur Kiai Tsabit Thoha kepada NU Online di sela-sela acara Harlah NU di Kantor PCNU Jember, kemarin (18/1).
Menurut kiai asal Asembagus, Situbondo itu, warga NU punya cara dan amalan sendiri yang bersumber dari Alqur’an untuk melakukan hal-hal yang menakjubkan semacam kesaktian. Misalnya orang tak mempan dibacok, disilet, disulut api tidak terbakar dan sebagainya. Dikatakannya, dalam Islam hal-hal seperti itu sesungguhnya tidak tabu.
“Tidak ada unsur syirik. Keyakinan kita tetap Allah yang memberikan semuanya, seperti kekebalan dan sebagainya,” jelasnya.
Kiai Tsabit menandaskan, warga NU perlu memiliki bekal semacam ilmu kanuragan untuk membetengi diri dari kejahatan. Bukan untuk menjahati orang, tapi menjaga diri dan lingkungan demi kebenaran.
“Makanya ijazah hizbun nashor dan sebagainya itu sangat bermanfaat, minimal untuk diri sendiri,” tukas Kiai Tsabit.
Sekedar diketahui, Kiai Tsabit adalah satu dari sedikit kiai yang masih menjadi rujukan warga untuk urusan kanuragan dan “kesaktian”. Tidak sedikit warga yang datang ke kediamannya di Situbondo untuk minta ijazah hizbun nashor dan hizib-hizib yang lain
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Aryudi A Razaq