Ketua Muslimat NU Kabupaten Brebes Dra Hj Aqilatul Munawaroh memandang Ramadhan sebagai bulan kedamaian keluarga. Karena di bulan tersebut, terjadi intensitas interaksi yang berkualitas dibandingkan dengan bulan-bulan biasanya. Lebih-lebih bagi wanita karier, yang hari-harinya dicaplok oleh rutinitas dan aktivitas pekerjaanya bisa meluangkan waktunya untuk keluarga.
“Bulan Ramadhan benar-benar menjadi bulan kedamaian keluarga,” kata Aqilah usai menggelar pasar Ramadhan di alun-alun Kota Brebes, Senin (13/6).
Menurutnya, Ramadhan juga bisa menjadi bulan penataran bagi wanita dengan berbagai ibadah-ibadah mahdlah, ibadah sunah, dan ibadah-ibadah sosial lainnya untuk menuju wanita yang salehah.
“Puasa menjadi sarana penataran mempertanggungjawabkan segala ibadahnya, menuju wanita yang salehah,” ujar Aqilah yang juga Ketua Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Brebes.
Mantan anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah ini, menunjukan kalau wanita bisa menciptakan keindahan di bulan puasa dengan berbagi lebih banyak berbagi, lebih memahami dalam mengatur kebutuhan rumah tangga agar tidak konsumtif. Walau bagaimanapun, pola konsumtif yang berlebihan tidak baik dalam manajemen ekonomi keluarga.
“Wanita sangat berperan dalam mengatur kebutuhan yang baik, yang diwujudkan dengan hidangan yang cukup untuk keluarga dan tidak berlebihan,” kata Aqilah.
Dalam pandangannya, perihal wanita karier di bulan puasa tidak ada perbedaan yang berarti. Mereka tetap bekerja dan berkarya. Justru di bulan puasa, wanita karier punya waktu yang lebih banyak bersama keluarga. Yang biasanya tidak bisa makan bersama, lewat buka puasa bisa makan bersama keluarga. Termasuk makan malam bersama keluarga, makan sahur bersama keluarga, sehingga punya banyak waktu yang cukup banyak bagi keluarga.
Aqilah juga mengingatkan para ibu selalu melakukan pengawasan terhadap anak-anaknya. Dia melihat, hal yang perlu mendapat perhatian ibu-ibu rumah tangga perlu pengawasan yang ekstra ketat, terutama pada saat kegiatan setelah shalat subuh.
“Banyak anak-anak, setelah shalat subuh suka jalan-jalan. Menurut saya ada indikasi pelecehan seksual bisa dimulai dari situ meskipun di bulan puasa,” ucapnya.
Berilah aktivitas yang manfaat, efektif dan mendidik hingga berangkat bekerja. “Kita jangan tidur habis subuh, jangan lepaskan anak-anak kita dengan mudahnya berjalan-jalan tanpa pengawasan orang tua,” ungkitnya.
Termasuk setelah shalat tarawih, lanjutnya, malam yang panjang jangan dilakukan untuk kegiatan yang tidak baik. “Pengawasan dan pemberian kegiatan yang positif berupa budi pekerti dan ahlak akan menuntun anak-anak kita bergaul sesuai dengan norma-norma agama,” tandas peraih penghargaan Women International Award 1999 Kharisma Indonesia. (Wasdiun/Alhafiz K)