Daerah

JQH Depok Gencar Syiarkan Metode Baca Al-Qur’an Yang Baik dan Benar

Senin, 19 Desember 2016 | 07:02 WIB

JQH Depok Gencar Syiarkan Metode Baca Al-Qur’an Yang Baik dan Benar

gambar: Blog Khusus Doa

Depok, NU Online 
Jamiyyatul Qurro' Wal Huffadz (JQH) Nahdlatul Ulama Kota Depok tengah gencar mensyiarkan metode cara baca Al-Qur'an dengan baik dan benar. Pasalnya, untuk melahirkan seorang hafidz (penghafal Al-Qur'an) perlu adanya ketentuan dan kualifikasi dalam membaca kalam ilahi. Terlebih lagi banyak munculnya rumah tahfidz Al-Quran di masyarakat. 

Menurut Majelis Ilmi JQH Kota Depok KH Jazim Hamidi, munculnya rumah tahfidz, lembaga baca Al-Qur'an merupakan suatu usaha positif dalam mengembangkan bacaan Al-Qur'an. 

Hanya saja, lanjutnya, peserta didik seakan diajak menghafal Al-Quran dan membaca tanpa ada persiapan yang matang. Terlebih lagi, bagi seorang hafidz harus memiliki proses yang komprehensif. 

"Melalui JQH kita syiarkan metode baca Al-Qur'an yang baik dan benar,” ujarnya di sela-sela Konferensi Cabang I Jamiyyatul Qurro' Wal Huffadz (JQH) Nahdlatul Ulama  Kota Depok dan Metode Baca Al-Quran Baghdadiyah di masjid KH M. Yusuf, Pesona Khayangan,  Depok. Ahad (18/12).

Metode yang kita gunakan adalah metode baghdadiyah  yaitu: metode baca Al-Qur'an yang menekankan kepada makhorijul huruf dan sifatul huruf, katanya.  Tentunya, dalam penyampaian materinya sesuai dengan peserta didik dan menyenangkan. 

JQHNU berharap, dengan metode baghdadiyah   bisa mewarnai dari metode yang sudah ada saat ini. Kalau diterapkan di TPA (Taman Penddikan Al-Qur'an) maka anak-anak harus khatam 30 juz baru bisa diwisuda

Jazim mengungkapkan, untuk menjadi seorang hafidz haruslah melalui proses secara komprehansif di antaranya: menguasai standar kualifikasi baca Al-Qur'an. 

Untuk itu, kata dia, seorang hafidz harus lulus ujian Binnadhor (penyimakan oleh guru Al-Quran secara langsung)  yang memiliki sanad atau transmisi bacaan Al-Quran yang sampai pada Rasulullah. 

Dirinya menambahkan, untuk menjadi peserta didik haruslah mendapatkan ijin dari orang tuanya. Tidak serta merta seorang anak yatim seakan dipaksakan untuk menghafal Al-Qur'an. Yang tidak kalah penting, riyadhoh atau sanggup menjalani upaya spiritual saat belajar Al-Qur'an seperti dengan cara berpuasa, latihan mengkhatamkan Al-Qur'an dalam waktu tiga hari. 

"Kita tawarkan sebuah metode yang sudah ada yang mengedepankan pada penguasaan makhorijul huruf dan sifatul huruf sejak dini. Kita berharap  dengan gerakan ini bisa menjadi pendorong bagi masyarakat untuk gemar membaca dan mencintai Al-Qur'an sejak dini. Sehingga, di masa mendatang bisa membentuk dan mencetak generasi yang berbasis Al-Qur'an. Yaitu: generasi berkhlakul karimah dan mampu membaca serta mengamalkan isi Al-Qur'an," paparnya.

Ketua JQH Kota Depok mengungkapkan, bahwa pihaknya saat ini akan terus berupaya dalam menggelorakan metode baca Al-Qur'an melalui pelatihan metode baghdadiyah. 

Menurutnya dalam pelatihan awal ini peserta yang hadir adalah para ustadz dan ustadzah dari perwakilan MWC NU atau perwakilan tingkat Kecamatan. Dirinya mengharapkan, dari peserta ini bisa menerapkkannya  pada tempat mengajarnya. 

"Kita juga akan terus mengadakan pelatihan serupa di berbagai tempat di masjid, mushola dan lembaga Pendidikan," paparnya. (Aan Humaidi/Abdullah Alawi)



Terkait