Daerah

Janur untuk Ketupat Tergusur Bahan Plastik

Sabtu, 20 Oktober 2007 | 14:19 WIB

Pati, NU Online
Makin banyaknya masyarakat yang menggunakan bahan plastik menggantikan janur kelapa untuk membuat lontong ketupat dikeluhkan sejumlah pedagang janur di Pasar Puri, Pati, mengingat Lebaran ketupat merupakan momen tahunan mereka untuk mendapatkan keuntungan lebih.

"Saat ini masyarakat lebih senang memanfaatkan bahan plastik untuk membuat lontong pengganti lontong ketupat. Menurut mereka lebih praktis dan murah, meski namanya bukan lagi ketupat melainkan lontong," kata penjual janur di Pasar Puri, Pati, Harto (35), di Pati, Sabtu.

<>

Pedagang janur dadakan asal Desa Lahar Kecamatan Tlogowungu, Pati mengaku tidak lagi mendapatkan untung banyak, bahkan hasil penjualannya hanya cukup untuk membeli bensin.

Padahal, usaha tersebut telah digelutinya sejak sepuluh tahun silam di setiap lebaran ketupat. "Beberapa tahun terakhir penjualan janur memang menurun, kelihatannya kalah pamor dengan plastik," katanya.

Meski sepi, dia tetap menjajakan janur dagangannya sehari setelah Lebaran di Pasar Puri. Setiap harinya, dia membawa sebanyak 15 ribu lembar janur.

Mengenang tahun-tahun sebelumnya, sebelum pukul 09.00 WIB janur yang dibawanya selalu habis terjual. Kini tidak demikian, bahkan hingga pukul 09.00 WIB, janur yang dibawanya masih banyak yang belum terjual.

Pernyataan serupa juga diungkapkan Kasan (40), pedagang janur dari Desa Bulung Kulon Kecamatan Jekulo, Kudus, bahwa Lebaran tahun ini benar-benar sepi pembeli janur. "Kelihatannya budaya buat ketupat sudah mulai ditinggalkan," katanya. Ia mengaku sudah tiga tahun menjadi pedagang janur dadakan di Pasar Puri.

Setiap satu ikat janur yang berisikan 50 buah janur ditawarkan ke pembeli Rp4.000,00. Sedangkan, untuk janur yang sudah menjadi ketupat dijual dengan harga Rp3.000,00 per 10 buah.

Kondisi demikian selain disebabkan oleh masyarakat yang mulai berkurang membuat ketupat, juga disebabkan oleh budaya masyarakat untuk mencari sesuatu yang lebih praktis. Kini, masyarakat lebih suka lontong yang terbungkus dengan plastik dibandung ketupat yang terungkus dengan janur.

"Semula lontong juga dibungkus oleh daun pisang, kini lebih banyak menggunakan plastik," katanya.

Ia menambahkan, budaya praktis memang sudah melekat di masyarakat. "Buktinya, masyarakat sudah mulai enggan membuat ketupat atau lepet. Karena, memasak ketupat dan lepet memerlukan waktu yang lama. Sebelumnya, setiap orang pasti bikin itu," katanya. (ant/kib)


Terkait