Daerah

Jangan Pasrahkan Penuh Pendidikan Anak ke Sekolah

Kamis, 22 Desember 2016 | 05:02 WIB

Jember, NU Online

Dewasa ini, memasrahkan pendidikan anak pada sekolah nyaris menjadi kecenderungan para orang tua. Karena alasan sibuk, mereka tidak mau tahu terhadap pendidikan anaknya sehingga pendidikan anak dibebankan sepenuhnya kepada lembaga pendidikan. Padahal, sebagian banyak waktu anak adalah berada di rumah.

Demikian diungkapkan Wakil Sekretaris PCNU Jember Moch. Eksan saat menyampaikan taushiyahnya dalam peringatan maulid Nabi Muhammad SAW di Desa Sumberwaru, Kecamatan Sukowono, Jember, Jawa Timur, Rabu malam (21/12).

Menurutnya, adalah keliru jika orang tua memasrahkan penuh pendidikan anaknya kapada sekolah. Sekolah hanya mempunyai waktu 7 jam untuk mendidik anak. Selebihnya, waktu anak berada dalam lingkungan keluarga.

“Karena itu, sesungguhnya pendidikan dalam keluarga adalah yang utama dan pertama, sedangkan sekolah dan masyarakat hanya sebagai penunjang. Dan inilah yang dicontohkan oleh Baginda Nabi Muhammad,” ungkapnya.

Mantan dosen tersebut menambahkan, rumah tangga Nabi Muhammad SAW adalah contoh terbaik dalam pendidikan keluarga. Rumah tangga Rasulullah SAW dihiasi dengan perilaku-perilaku terpuji di atas bangunan pondasi keimanan dan nilai-nilai ketaqwaan. Kondisi seperti itu, katanya,  sejatinya merupakan proses kegiatan belajar-mengajar alami yang sangat melekat dalam diri anak.

“Selain memberi contoh dalam perilaku, orang tua juga wajib memantau perkembangan anaknya di luar. Kalau di  pesantren, mendingan, tugas kita selaku orang tua semakin ringan,” ujarnya.

Bagi anak, katanya, rumah adalah sumber belajar dan keteladanan yang tidak pernah kering, dan tentu mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan karakter sang anak untuk menjadi insan yang beriman sekaligus cakap. Karena itu, ketika keteladanan orang tua sudah mengalami degradasi, maka anak cenderung mencari “keteladanan” di luar rumah, dan itu berbahaya.

“Orang tua dalam konteks pendidikan adalah rule model, yang diguguh nan ditiru dalam menjalankan missinya sebagai kholifatullah fil ard dan abdullah (hamba Allah). Bumi dan langit adalah amanah dari Allah untuk menjadi jalan menuju Tuhan serta sejadah kemanusiaan,” ungkapnya. (Aryudi A. Razaq/Abdullah Alawi)





Terkait