Daerah

Jadilah Pemimpin Jalani Ibadah dengan Ikhlas

Sabtu, 5 Mei 2018 | 10:00 WIB

Jadilah Pemimpin Jalani Ibadah dengan Ikhlas

Rais MWCNU Kalisat, KH Abd Rahman Al Jambuany

Jember, NU Online 
Jadilah orang yang merdeka dalam beribadah kepada Allah. Tidak karena mengharap apapun dan tidak karena takut apapun, namun lantaran bersyukur.  

Demikian disampaikan oleh Rais Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kalisat, KH Abd Rahman Al Jambuany saat memberikan tausyiah dalam acara Haflatul Imtihan sekaligus  menyambut datangnya Bulan Ramadhan 1439 Hijriyah di halaman Madrasah As-Surur, Desa Gambiran Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jum’at (4/5).

Menurutnya, orang yang terbiasa beribadah kepada Allah dengan merdeka, secara psikologis akan berimbas dalam prilaku keseharian yang bersangkutan. Dia menjadi orang bebas sekaligus ikhlas.

“Dialah orang hebat, dia beribadah karena bersyukur. Kalau dia jadi pemimpin, dia benar-benar bekerja untuk rakyatnya, karena bersyukur  telah dipilih, dia amanah sebagai bentuk rasa syukur itu,” ungkapnya.

Sembari mengutip ungkapan Sayyidina Ali, Kiai Abd Rahman menguraikan tingkatan ibadah dari sisi kualitas. Pertama, ibadah at-tujjar, yaitu orang yang beribadah kepada Allah karena mengharap sesuatu, misalnya pahala, surga dan sebagainya.  Layaknya pedagang yang selalu mempertimbangkan untung rugi. 

“Misalnya ia bersedekah, dia berpikir dapat pahala apa?. Atau lebih ekstrim lagi, dapat keuntungan apa dari sedekah itu,” lanjutnya.

Kedua, ibadah al-‘abid.  Yakni orang yang beribadah karena takut kepada siksa Allah, misalnya neraka, adzab dan sebagainya. Jadi dia terpaksa melakukan ibadah layaknya budak yang terpaksa menuruti perintah majikannya. Cara beribadah al-‘abid ini jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bisa melahirkan kepalsuan dan kepura-puraan. 

“Mengapa, karena si bawahan melakukan sesuatu karena terpaksa, takut kepada atasan, palsu, dan itu tidak bagus,” jelasnya.

Sedangkan tingkatan yang ketiga adalah  ibadah al-arifin. Yaitu ibadahnya orang merdeka, tulus, dan tidak mengharapkan apa-apa kepada Allah kecuali hanya perwujudan dari rasa syukur atas segala nikmat Allah yang ia terima. 

Kiai murah senyum itu mengakui bahwa ibadah model yang ketiga ini levelnya cukup tinggi, tapi bukan tidak mungkin dilakukan oleh orang awam. 

“Namun yang juga penting adalah kita terapkan dalam urusan dunia. Kalau masing-masing kita, apapun posisinya, termasuk pemimpin bisa bekerja seperti model ibadahnya al-arifin, maka  Insyaallah Indonesia  jaya dan makmur,” ulasnya. (Aryudi Abdul Razaq/Muiz)


Terkait