Daerah

Jadi Ujung Tombak, Ranting NU Punya Peran Signifikan

Selasa, 19 Juli 2016 | 10:33 WIB

Jember, NU Online
Persoalan umat tidak bisa hanya diselesaikan oleh segelintir pengurus NU. Tapi butuh kerja sama dan soliditas antarpengurus NU, termasuk Pengurus Ranting NU (PRNU). Bahkan pengurus ranting inilah yang punya peran penting dan langsung terintegrasi dengan denyut nadi kehidupan masyarakat.

Demikian diungkapkan Ketua PCNU Jember KH Abdullah Syamsul Arifin saat memberikan taushiyah dalam acara pengajian Aswaja di halaman kantor PCNU Jember, Senin (18/7) malam.

Menurut Gus A’ab, sapaan akrabnya, Pengurus Ranting NU merupakan kekuatan NU yang sesungguhnya dan menjadi ujung tombak yang langsung berhubungan dengan jamaah. “Yang punya jamaah di masyarakat itu, ya pengurus ranting. Kalau MWC (Majelis Wakil Cabang NU), jamaahnya pengurus ranting. Sedangkan pengurus cabang, jamaahnya adalah pengurus MWC. Begitu juga pengurus wilayah jamaahnya adalah pengurus cabang. Demikian seterusnya,” ujarnya.

Gus A’ab menambahkan, dewasa ini cukup banyak persoalan keumatan yang perlu mendapat perhatian NU. Mulai dari soal keterbelakangan hingga maraknya aliran radikalisme. Karena itu, katanya, menjalin kebersamaan dan memupuk soliditas adalah sebuah keniscayaan. Ke dalam, NU harus terus menerus memberikan pembinaan di internal pengurus. Keluar, harus selalu memberikan pencerahan seputar Aswaja dan ancaman-ancaman yang berpotensi menggerogoti NU. Sebab, sasaran bidik dari aliran radikal memang mayoritas warga NU.

“Jadi pasti mereka lambat atau cepat, akan menggerogoti NU sekaligus jamaahnya. Tapi kalau kita solid, Ranting juga solid, penggerogotan itu tak akan terjadi,” jelasnya.

Dalam pangajian Aswaja yang dihadiri para pengurus ranting, MWCNU dan tentu saja pengurus Cabang NU Jember tersebut, ada sesi tanya jawab. Begitu sesi tanya jawab dibuka, banyak hadirin yang angkat tangan untuk bertanya. Namun karena dibatasi oleh waktu, hanya beberapa penanya yang bisa diakomodasi. Jawaban dan ulasan detail dari Gus A’ab membuat hadirin betah berlama-lama, tak beranjak dari tempat duduk lesehan itu. Tanpa terasa jam sudah merangkak hingga menjelang pukul 24.00 WIB, dan pengajian pun disudahi. (Aryudi A. Razaq/Mahbib)


Terkait