Bogor, NU Online
Hadirnya Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dalam konteks kaderisasi pada prinsipnya adalah untuk menyebarkan ajaran Islam Ahlussunnah waljamaah Annahdliyah. Di saat yang sama, tantangan untuk menangkal paham radikalisme dan fundamentalisme agama kian kompleks.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Umum PP IPNU Asep Irfan Mujahid usai melantik PC IPNU Kabupaten Bogor, Ahad (21/1), di Gedung Kesenian dan Olahraga Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Asep juga mengatakan bahwa di sekolah-sekolah umum, hampir 24% pelajar menyepakati tegaknya sistem pemerintahan berbasis khilafah islamiyah. Padahal, pada 2010 lembaga survey membuktikan hanya 9%.
"Data statistik membuktikan bahwa peningkatan kesepakatan berdirinya Khilafah sangat signifikan. Tantangan kita semakin kompleks di tengah maraknya isu yang berkembang. Sebanyak 24% itulah, mereka mempunyai kesepakatan terhadap berdirinya khilafah islamiyah," ungkap Asep.
Menanggapi isu tersebut menjadi tugas bersama. aparat kepolisian, pejabat pemerintah, dan berbagai elemen masyarakat mesti bersinergi untuk melakukan pencegahan antisipatif. Asep membenarkan bahwa orang-orang yang turut meneriakkan khilafah dan gemar mengucapkan takbir seraya melakukan kekerasan, itu merupakan kelompok yang secara amaliyah dan ubudiyah sesuai dengan NU.
"Tapi kenapa mereka begitu? Hal itu karena opini publik yang mereka bentuk hadir di banyaknya media yang mereka buat sendiri. Sementara kita belum mampu menghadirkan media yang minimal, berimbang. Kalau hari ini, kita memproduksi tiga berita, sore hari mereka bisa memunculkan puluhan berita," tegasnya.
Orang-orang yang secara gerakan berseberangan dengan NU, begitu massif dalam memproduksi berita di media.
Di saat kebanyakan warga NU lebih banyak hanya berdialog, diskusi, bertatap muka dengan kader, menyapa warga dan jamaah, sementara mereka (kelompok yang melawan NU) hanya mengurusi media sosial.
Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang jumlah penduduknya terbesar di Indonesia. Sedangkan Bogor adalah wilayah yang penduduknya terbesar di Jawa Barat. Maka, bagi Asep, PC IPNU Kabupaten Bogor masa khidmat 2017-2019 yang baru dilantik mampu meng-counter gerakan anti-Pancasila, maka akan menjadi nilai tambahbagi kepengurusan di bawah komando Syukron Ma'mun.
Menurut Ketua PW IPNU Jawa Barat 2014-2015, Allah memerintahkan manusia untuk menjalankan dua hal. Pertama, menjadi seorang hamba. Kedua, menjadi Khalifah. Keduanya, terekam dalam gerakan yang dilakukan IPNU.
Dalam konteks seorang hamba, manusia dituntut melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Di sisi lain, sebagai Khalifah, manusia punya tugas suci meneruskan risalah kenabian dengan mengelola seluruh alam dan seisinya. Kita tidak bisa asik sendiri atas nama ibadah, tapi mengabaikan kehidupan sosial.
"Kita juga tidak bisa asik melakukan kegiatan atas nama agama, tapi di saat yang sama kita menyakiti saudara kita yang lain. Kita tidak bisa melakukan perjuangan, tapi sembari merusak," tegasnya.
Seperti itulah, kata Asep, tugas IPNU. Menjadi seorang khalifah di muka bumi yang mengelola dan merawat seisi bumi. Bukan hanya manusia saja, tapi juga alam dan lingkungan, pemikiran dan keharmonisan di dalamnya.
"Itu titik pangkal kita ber-IPNU dalam rangka meringankan beban dan tugas untuk Abdullah dan Khalifatullah untuk bersama-sama melakukan perbaikan," ucapnya.
Korelasinya, siapa pun yang berproses di IPNU tidak akan mudah menjustifikasi seseorang salah. Tidak mudah mempersalahkan pilihan orang lain. Terlebih, berselisih karena berbeda pilihan. Maka, ikrar yang sudah diucapkan oleh pengurus PC IPNU Kabupaten Bogor berfungsi untuk menyatukan sinergi semua gagasan untuk menuntaskan segala tantangan yang ada.
"Tantangan kita berada di segmen pelajar dan santri. Pesantren dan sekolah. Kalau di Bogor, gerakan dan kesepakatan atas Khilafah sudah sangat massif. Maka, IPNU harus bisa melakukan counter dan melawan pemikiran-pemikiran itu," kata pria yang pernah menjabat sebagai Ketua PC IPNU Kabupaten Ciamis itu.
Maka, tegas Asep, IPNU harus bisa mentransformasikan Ahlussunnah waljmaah Annahdliyah di kalangan santri dan pelajar. Salah satunya melalui berbagai program yang menitikberatkan pada ritual dan tradisi NU secara struktur dan sistematis.
Ia menegaskan, dalam memperkenalkan NU jangan hanya sebagai sebuah tradisi. Namun, dalam konteks kader IPNU, perlu mendiskusikan hal itu.
"Seberapa besar kita tahlilan dapat membangun soliditas. Kian banyak kita mendiskusikan satu amaliyah tapi dengan melibatkan konteks lain, tentu akan memperkaya khazanah ke-NU-an sekaligus akan melahirkan daya tarik orang untuk ikut melakukan amaliyah," kata disambut gemuruh tepuk tangan hadirin.
Soal pengemasan dalam dakwah, Asep menambahkan, menjadi hal yang sangat krusial. Dari sisi tradisi, misalnya, kelompok anti-Pancasila tidak banyak melakukan ritual, sebab yang dilakukannya hanya memperbanyak kata-kata laknat dan caci maki. Sementara NU punya banyak amaliyah yang bisa dikembangkan untuk memperkenalkannya di tengah masyarakat, khususnya pelajar dan santri.
"Saya menjadi saksi bahwa PC IPNU Kabupaten Bogor dari masa ke masa, grafiknya selalu naik," pungkasnya.
Pada kesempatan itu, selain Asep, hadir pula Sekretaris PW IPNU Jabar Rizki Topananda, Ketua Tanfidziah PCNU Kabupaten Bogor KH Romdon, Majelis Alumni IPNU yang sekaligus Sekretaris Menteri Agama KH Khoirul Huda Basyir, Kapolres Kabupaten Bogor Andi Dicky Pastika Gading, dan pejabat pemerintah setempat. (Aru Elgete/Kendi Setiawan)