Tulungagung, NU Online

Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama atau PC IPNU dan IPPNU Tulungagung mengecam keras beredarnya video tidak senonoh yang diperagakan salah seorang pelajar putri. Sebagai solusi, harus kian ditingkatkan pemahaman agama lewat kegiatan majlis di setiap lembaga pendidikan formal.

Penegasan tersebut disampaikan Suliana menanggapi pemberitaan di salah satu kantor berita daring yang mewartakan bahwa siswi kelas 10 di salah satu sekolah negeri di kota tersebut. “Meskipun bukan kader IPPNU,  kami memberikan perhatian lebih terhadap kasus tersebut karena ditakutkan bisa dicontoh oleh pelajar lain,” kata Ketua PC IPNU Tulungagung ini, Kamis (1/2).

Dirinya juga berharap agar video yang sudah beredar dapat dihentikan, bahkan dimusnahkan. "Stop peredaran videonya, jangan dibagikan. Dan bagi yang memiliki untuk segera menghapus," tegas Suliana.

Pada kesempatan berbeda, Wakil Ketua bidang Organisasi PC IPPNU Tulungagung, Devian berpendapat bahwa harus ada tindakan pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari. “Solusinya yaitu dengan menghadirkan majlis di setiap sekolah,” tandasnya.

"Melalui pimpinan komisariat, PC IPPNU Tulungagung mencoba memberikan edukasi dalam majlis di sekolah kepada pelajar untuk selalu mawas diri dari tindakan-tindakan yang merugikan diri sendiri," terang Devian.

Dijelaskannya, majlis yang ada di sekolah harus disuguhkan dengan konsep yang menyenangkan sehingga tidak membuat pelajar bosan. Jika pelajar tidak bosan, maka mereka akan mudah menerima nasihat. “Majlis tersebut juga harus mampu membangun solidaritas antar anggota dan bisa saling mengingatkan untuk tidak melakukan perbuatan tidak senonoh,” ungkapnya.

Sadar dengan tantangan yang dihadapi, baik Suliana dan Devian mengajak para pegiat IPNU dan IPPNU serta aktivis di kalangan pelajar untuk mengoptimalkan kiprah. “Mari pimpinan komisariat dan kalangan lain berlomba menghadirkan majlis di masing-masing sekolah,” pungkas Devian yang diamini Suliana. (Puspita Hanum/Ibnu Nawawi)