Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Banyuwangi melalui Badan Student Crisis Center (SCC) mengadakan diskusi perihal pelajar dan media sosial dengan tema Berselancar dengan Cerdas di aula Gedung PGRI Banyuwangi, Sabtu (13/2) pagi. Forum ini dihadiri oleh puluhan pelajar SMA di Banyuwangi dan perwakilan Dinas Pendidikan dan Dinas Hubungan, Komunikasi dan Informasi Kabupaten Banyuwangi.
Hadir pula para penggiat literasi dan media sosial dari Rumah Literasi Banyuwangi.
Acara yang dipandu oleh Iraa Rachmawati dari Kompas.com diawali dengan menggali informasi perilaku pelajar terhadap media sosial. Dari pemaparan para pelajar itu diketahui banyak perilaku menyimpang dalam menggunakan media sosial.
“Banyak teman-teman yang pandangannya terbentuk oleh media sosial. Padahal tak semua yang tersebar di media sosial itu benar?” gugat Syukria Ulfa, siswi dari salah satu SMK swasta di Banyuwangi.
Hal demikian senada dengan apa yang disampaikan oleh Direktur SCC IPNU Banyuwangi Ibnu Tsani Rosyada. Ibnu mengatakan, media sosial yang sejatinya hanya dunia maya telah mengalihkan dunia realitas yang lebih konkret.
“Misalnya, ada seseorang yang protes pada temannya karena tidak memberi komentar pada statusnya. Padahal kedua orang itu setiap harinya selalu bertemu,” ujar Ibnu memberi contoh.
Perilaku bermedia sosial yang begitu berpengaruh itu amat rentan terinfiltrasi oleh akun-akun negatif seperti pornografi dan radikalisme. Maraknya akun-akun radikalisme yang menyerukan permusuhan, ujaran kebencian, dan ajakan untuk melakukan tindak kekerasan harus dihindari sebisa mungkin.
“Waspadai akun-akun yang mengajak untuk membenci atau melakukan tindak kriminal,” kata perwakilan Dinas Pendidikan Banyuwangi Sutikno.
Pegiat media sosial dari Rumah Literasi Banyuwangi (RLB) Nurul Hikmah mengajak para pelajar dan penggiat media sosial untuk menjadikan media sosial sebagai ajang kampanye hal-hal inspiratif. Ia mencontohkan gerakannya di RLB yang berbasis media sosial.
“Hanya dengan berkampanye lewat fesbuk, kami bisa menggerakkan dan mengajak masyarakat untuk peduli terhadap dunia literasi. Kepedulian itu di antaranya dengan membuka rumah baca,” ujarnya.
Ikhwan Arif, aktivis sosial dan pendiri Bangsring Underwater ini ikut mencontohkan bagaimana memperlakukan media sosial. Ia merintis wahana wisata yang berbasis pelestarian terumbu karang di pantai Bangsring, Banyuwangi, dan berhasil mempromosikan tempat wisatanya hingga menasional melalui media sosial.
“Sebenarnya media sosial bisa mempermudah beragam urusan, tinggal kita mau melakukannya untuk apa. Untuk hal positif ataukah negatif?” ia mengingatkan hadirin.
Arif dari Dishubkominfo memaparkan tentang Undang-Undang Internet dan Transaksi Elektronik (ITE). Ia menggarisbawahi bahwa aktivis media sosial tidak terlepas dari aturan perundanga-undangan yang memiliki konsekuensi hukum tersendiri.
“Di media sosial kita bebas memosting apa saja. Tetapi ingat, jika postingannya melukai perasaan orang lain, kita bisa dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku,” ujarnya.
Ketua IPNU Banyuwangi Yahya Muzakki mengatakan, tujuan kegiatan diselenggarakan dalam rangka menyambut Hari Lahir Ke-62 IPNU di bulan Pebruari ini. Forum ini juga bertujuan untuk mengedukasi pelajar agar tidak mudah terpengaruh hal-hal negatif dari media sosial.
“Radikalisme yang marak di media sosial harus dicegah karena menjangkiti para pelajar. Karena itu, kita mengajak para pelajar untuk bisa berinternet dan menggunakan media sosial secara cerdas dan bermanfaat,” pungkasnya. (Anang Lukman Afandi/Alhafiz K)