Daerah

Hidup Moderat, Contolah Nabi Muhammad SAW

Jumat, 7 Juli 2017 | 12:04 WIB

Surabaya, NU Online
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, umat Islam di Indonesia harus senantiasa mengembangkan pola kehidupan yang moderat; baik itu ucapan, pikiran maupun tindakan. Moderat bisa dimaknai segala bentuk tindakan dan ucapan yang sesuai dengan takaran, proporsional, tidak overdosis alias berlebihan, dan tidak ekstrem.

Contoh terbaik kehidupan moderat dalam semua lini dan praktik sepanjang masa adalah Nabi Muhammad SAW.

Dalam Surat Al-Baqarah 143, Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang moderat; agar kiranya kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.

Kata "ummatan wasathan" dalam ayat ini menggambarkan agar kiranya kita semua, selaku umat Nabi Muhammad SAW.

Salah satu kesempatan Nabi mengatakan, di antara hal yang memastikan keislaman seseorang itu baik adalah meninggalkan hal-hal yang tidak memberikan kemanfaatan, kata Wakil Katib Syuriyah PWNU Jatim KH Abdussalam Nawawi dalam khutbah Jumat di Masjid Raya Ulul Albab UIN Sunan Ampel Surabaya, Jumat (7/7).

Banyak riwayat yang menjelaskan tentang moderasi yang dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat. Salah satunya, teguran nabi kepada Sahabat Umar bin Khattab agar tidak berlebihan dalam bertindak.

Suatu ketika Nabi Muhammad mempunyai utang kepada Zaid, yang beragama Yahudi, yakni 80 kilogram kurma dengan perjanjian membayar dengan tempo yang telah disepakati. Utang ini sengaja dilakukan oleh Nabi untuk diberikan kepada salah satu kampung yang masyarakatnya masuk Islam secara kolektif, sementara baitul mal kosong tidak ada barang yang akan diberikan. Tetapi, sayang sekali Zaid menagih utangnya dengan keras dan memaksa sambil memegang keras salah satu anggota tubuh Nabi, padahal waktu menagih utangnya belum jatuh tempo sesuai dengan kesepakatan awal.

Karena perilaku kasar Zaid kepada Nabi tampak di depan Umar dan ia melihatnya, sepontan Umar marah besar sambil mengayunkan pedang untuk mengancam Zaid. Atas tindakan Zaid ini, Nabi mengatakan kepada Umar agar menyudahi amarahnya: lebih baik Anda suruh Zaid berkata dan bertindak yang baik, tidak perlu mengumbar amarah.

Atas sarannya, pedang dimasukkan kembali oleh Umar. Umar akhirnya mengambilkan barang di baitul mal untuk membayar utang ke Zaid dengan jumlah yang sama, 80 kilogram kurma. Hanya saja, Nabi berpesan agar Umar menambahi dua sak kurma sebagai ganti atas amarah Umar kepada Zaid.

Cerita ini menggambarkan bahwa sikap proporsional, moderat dan tidak berlebihan sangatlah penting dalam kehidupan kita. Betapa teguran Nabi kepada Umar, menggambarkan sikap Umar mengangkat pedang untuk mengancam Zaid adalah tindakan berlebihan.

Dunia dengan segala isinya dijadikan oleh Allah SWT dalam keseimbangan. Karenanya, segala tindakan kita yang berlebihan, ekstrem dan mudah mengumbar amarah kepada sesama dipastikan akan merusakan tatanan semesta yang imbang ini hingga jatuh dalam kerusakan dan kenistaan tanpa makna (ma la ya'nihi). (Rof Maulana/Alhafiz K)


Terkait