Blitar, NU Online
Untuk dapat merengkuh keberkahan hidup, maka diharapkan setiap orang berpegang teguh dengan dua hal ini. Yakni menjaga persatuan, serta mendoakan orang tua.
Peringatan ini disampaikan KH Marzuqi Mustamar saat hadir pada acara Majelis Dzikir Al-Khidmah dalam rangka haul Mbah Manshur dan sesepuh Kalipucung, Sanan Kulon, Blitar, Jawa Timur, Ahad (12/8).
Dalam pandangan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur ini, Indonesia sangat berbeda dengan negara di Timur Tengah. “Mereka sama Islamnya, tapi berbeda aliran yang mengakibatkan saling membunuh,” kata Kiai Marzuqi. Baik di Syria, Iran, Irak, Libya, hampir semuanya mayoritas Muslim, namun kerap terjadi pembunuhan hanya karena perbedaan aliran, lanjutnya.
Hal tersebut sangat berbeda dengan di Indonesia. “Walaupun banyak suku, agama, ras dan antargolongan, namun hal tersebut tidak menjadikan negeri ini terpecah belah,” ungkap kiai yang juga dosen di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tersebut.
Faktor persatuan inilah yang akan menjadikan Indonesia menjadi kawasan yang berkah. “Karena sebagaimana Hadits Nabi bahwa keberkahan akan dapat diraih karena menjaga persatuan,” jelasnya.
Sedangkan syarat mendapat kerkahan kedua adalah dengan mendoakan orang tua. “Usai kegiatan apapaun, seperti istighatsah jangan lupa untuk menutup dengan tahlilan yang intinya mendoakan orang tua,” kata pengasuh Pesantren Sabilur Rasyad Kota Malang ini.
"Karena anak yang tidak lagi mendoakan ayah dan ibunya, maka keberkahan rezeki dapat dicabut," tegasnya.
Lantas, mengapa anak kemudian tidak lagi mau mendoakan orang tua? Penyebabnya beragam.
“Pertama, karena yang bersangkutan keluar dari Aswaja,” ungkapnya. Hal tersebut bisa terjadi lantaran salah memilih menantu, dari yang awalnya pengamal Aswaja ternyata berubah menjadi pembenci, lanjutnya.
Bisa juga disebabkan keliru memilih suami maupun istri. “Mau tahlilan untuk ayah dan ibu yang meninggal, ternyata dihalangi,” sergahnya.
Sedangkan penyebab berikutnya adalah karena salah memilih teman. “Yang menjadi sahabat karib misalnya adalah seorang calo yang dalam hidupnya hanya ada kalkulasi untung dan rugi,” jelasnya.
Dengan demikian, Kiai Marzuqi berharap warga NU untuk ekstra waspada dalam hidup. “Termasuk dalam memilih menantu, besan, suami serta istri maupun teman agar benar-benar bisa menemukan keberkahan hidup,” pungkasnya. (Ibnu Nawawi)