Banjar, NU Online
Alunan lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan ratusan peserta kegiatan Ke-13 Tahun Refleksi dan Evaluasi Kota Banjar di Graha Banjar Idaman Kota Banjar, Jawa Barat berjalan khidmat. Acara yang digelar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Banjar, Kamis (17/3) dalam momen ulang tahun Ke-13 Kota Banjar.
Dalam kurun waktu 13 tahun, Kota Banjar mengalami kemajuan pesat bila dilihat dari segi infrastruktur. Hal itu disampaikan salah satu Presidium pemekaran Kota Banjar, R Bahtiar Hamara. Dia salah satu tokoh yang memperjuangkan pemekaran Kota Banjar dari Kabupaten Ciamis.
"Dulu saya punya angan-angan bahwa suatu saat Banjar akan menjadi suatu kota yang Caang (terang). Selain itu, infrastruktur juga bagus, jalannya mulus. Nah, ketika Banjar pada umur yang 10 tahun, sudah tercapai," ungkapnya dihadapan peserta Refleksi.
Dia membeberkan perjuangan menaikkan status dari Kota Administratif (Kotif) Banjar menjadi Kota Banjar tidak semudah membalikan tangan. "Ada proses panjang yang kita lalui, khususnya dengan para pemuda yang menjadi motor penggeraknya, yakni Forum Peningkatan Status Kota Banjar (FPSKB)," imbuhnya.
Sementara itu, hadir juga Presidium dari kalangan agamawan KH Mu'in Abdurrohim yang juga sekarang Rais Syuriah PCNU Kota Banjar. Dia sangat bersyukur PMII Kota Banjar telah membuat gagasan cerdas dalam menyampaikan keinginannya mengetahui sejarah dan tokoh yang ada di Kota Banjar.
"PMII datang kepada saya, mereka berniat mengumpulkan semua tokoh yang ada di Banjar. Mulai eksekutif, legislatif serta yudikatif. Dan Alhamdulillah terlaksana. Kami selaku presidium merasa senang dengan niat baik PMII,” paparnya.
Kiai Muin menyampaikan kegelisahannya dalam memandang Kota Banjar hari ini. Dia mengatakan pelayanan publik di Kota Banjar perlu ditingkatkan. Sebab, Rasulullah SAW mengajarkan demikian kepada umatnya. "Pemerintah yang baik adalah yang bisa melayani masyarakatnya dengan baik," pungkasnya.
Ditempat yang sama, ketua penyelenggara, Wahidan, mengatakan bahwa kegiatan yang diprakarsai PMII adalah bentuk "demo" yang lebih elegan. Pasalnya, konotasi aksi jalanan menurutnya perlu diperbaiki citranya di masyarakat.
"Kalau kita duduk bareng dengan semua pejabat, terus kita juga libatkan semua ormas, OKP, LSM, dan kelompok lainnya untuk memberikan masukan kepada pemerintah melalui jalan diskusi itu kan lebih elegan toh,” ucap Wahidan. (Muhafid/Fathoni)