Daerah

Gus Ipul: Ansor Banyuwangi Jangan Lupakan Sejarah

Senin, 9 Juli 2007 | 03:02 WIB

Banyuwangi, NU Online
Kehadiran Ketua DPP PAN Soetrisno Bachir ke Banyuwangi membawa kesejukan tersendiri bagi jajaran Pengurus Cabang GP Ansor Kota Gandrung. Usai menghadiri pelantikan pengurus GP Ansor di kantor PC NU Banyuwangi, Soetrisno Bachir langsung merogoh kocek Rp 100 juta.

Bantuan uang itu sebagai respons PAN kepada kader Ansor yang akan melanjutkan pendidikan ke janjang yang lebih tinggi. “Ini semacam beasiswa. Uang ini saya serahkan kepada Gus Ipul (Saifullah Yusuf) agar digunakan untuk kebutuhan Ansor,” jelas Soetrisno Bachir di Banyuwangi, Minggu (8/7).<>

Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor Saifullah Yusuf mewanti-wanti agar kader Ansor Banyuwangi tidak melupakan akar sejarah. Menurut Gus Ipul, GP Ansor dilahirkan di Banyuwangi, maka semua gerak dan kinerja Ansor harus terukur, terarah sesuai dengan perjuangan para pendirinya.

Penegasan itu disampaikan Gus Ipul saat melantik pengurus baru Pimpinan PC GP Ansor Banyuwangi masa khidmat 2007-2012. Hadir dalam pelantikan kemarin, Ketua PC NU Banyuwangi KH Masykur Ali, Sekjen PP Ansor A Malik Haromain, Ketua DPRD Banyuwangi Ir Achmad Wahyudi, tokoh lintas parpol, agama dan ormas. “Saya minta Nur Alami (Ketua PC GP Ansor Banyuwangi, Red) harus memulai langkah ini. Sebab sekecil apa pun gerakan Ansor di Banyuwangi akan berimbas pada eskalasi politi secara nasional,” pinta pria asal Pasuruan itu.

Mestinya, Banyuwangi sebisa mungkin menjadi panutan bagi pengurus di daerah lain. Sehingga, Ansor tidak perlu ikut-ikutan dan larut dan hiruk pikuk politik lokal. Ansor harus bersifat inklusif dan bisa bergaul dengan siapa saja. “Kalau politik itu kan urusan orang per orang. Politik adalah hak pribadi seseorang yang hanya berlaku 5 menit saat coblosan pemilu. Jadi tidak usah terlalu pusing dengan politik. Yang penting bagaimana rakyat bisa sejahtera,” paparnya.

Gus Ipul juga mengingatkan agar kader Ansor tidak haus kekuasaan. Sebab, jabatan dan kekuasaan hanya bersifat sementara. Terkadang jabatan seseorang sudah habis, tapi urusannnya setelah pansiun masih panjang. “Seperti saya ini dulu ke Banyuwangi masih berstatus sebagai menteri. Sama juga seperti Pak Wahyudi (Ketua DPRD Banyuwangi, Red). Saat itu beliau masih sebagai ketua DPC PKB Banyuwangi. Tapi sekarang saya dan Pak Wahyudi statusnya sama. Saya tidak jadi menteri Pak Wahyudi juga sudah diberhentikan dari PKB ,” kata Gus Ipul disambut tawa hadirin.

Sementara itu, di depan anggota Ansor, Soetrisno Bachir menegaskan PAN bukan partainya orang Muhammadiyah. PAN terbuka kepada semua orang termasuk kepada kader NU dan Ansor. “Bapak saya itu nahdliyin, kalau ibu saya Muhammadiyah. Saya kalau salat juga pakai qunut. Jadi orang NU jangan ditakut-takuti kalau PAN itu hanya partainya Muhammadiyah,” ungkap Soetrisno Bachir, seperti dikutip sumber gp-ansor.org.

Dia juga meminta warga NU tidak sinis terhadap PAN. Sebab, pihaknya siap menjamin posisi para kader NU jika ingin bergabung dengan PAN. “Mau minta posisi apa monggo. Mau jadi anggota DPRD atau menteri, saya berani menjamin kader Ansor masuk PAN langsung jadi,” janjinya,” ajaknya. (dar)


Terkait