Tegal, NU Online
Selasa malam (16/8) bertempat di balai desa Slaranglor GP Ansor Ranting Slaranglor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal Gelar Malam Refleksi HUT RI Ke 66 bersama dengan pemerintahan desa Slaranglor dan ratusan warga.
Dalam kesempatan tersebut suasana malam refleksi menjadi pecah ketika diawali dengan pembacaan tahlil yang dipimpin ketua Lembaga Pengembangan Pondok Pesantren Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP. Ansor Kecamatan Dukuhwaru, ustadz Nur Ghozali Al hafidz.
<>
Suasana balai desa menjadi tak seperti bisanya, seolah disihir menjadi ajang muhasabah karena dalam setiap sudut yang didominasi warna pakaian hijau itu terus saja mengikuti rengkuhan doa yang dipimpin oleh salah satu tokoh agama ustadz Solichin.
Kepala Desa Slaranglor Tadjan Susmadji mengatakan kegiatan ini sengaja dilaksanakan bersama dengan masyarakat terutama kaum muda seperti Ansor karena kami telah menyadari betul bahwa peristiwa kemerdekaan tidak terlepas dari perjuangan orang-orang yang telah mendahului, terutama kaum muda.
“Untuk itu malam ini kami jadikan muhasabah bersama atau merefleksi diri semoga semangat perjuangan para pendiri dan pejuang yang telah berkorban demi bangsa dan negara mendapatkan tempat yang mulia. Amal perjuangan beliu akan kami kenang sepanjang hayat “ jelasnya singkat.
Sementara Rais Syuriyah Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama Desa Slaranglor Ustadz Solihudin saat didaulat menjadi pengisi tausiyah menuturkan ‘Kita sebagai umat Islam tidak boleh lupa dengan tiga angka 17. Tujuh belas yang pertama adalah Tujuh Belas rakaat, tujuh belas yang kedua adalah tujuh belas Ramadhan, dan tujuh belas yang ketig adalah tujuh belas Agustus yang merupakan peristiwa agung kemenangan bangsa Indonesia,” tuturnya.
Jika dilihat dari hari dan tanggal, lanjut Solihudin, maka peristiwa kemerdekaan bangsa Indonesia begitu sakral, karena pas kemerdekaan bertepatan dengan tujuh belas Agustus sekaligus tujuhbelas Ramadhan, dan harinya juga Jumat yang merupakan rajanya hari atau sayyidul ayam, ini bukan peristiwa kebetulan tetapi supaya diingat semua sebagai bangsa Indonesia untuk mengingat keagungan Allah yang maha Kuasa.
“Pas sekali 66 tahun ini kita menjumpai peristiwa saat awal kemerdekaan, hanya harinya saja yang berbeda. Berarti disini Allah mengingatkan kita kembali untuk bersungguh-sungguh bermuhasabah sudah benarkah kita menjalankan amanat sebagai bangsa atau sebagai pemimpin. Untuk itu dari segenap komponen baik itu rakyat, pejabat dan siapapun tanpa memandang status sosial ataupun apa namanya marilah kita bersama-sama untuk lebih mengedepankan dan membangun bangsa dan negara walaupun di tingkat desa,“ jelasnya yang disambut dengan keheningan.
Dahulu, tambah Solihudin, untuk memperjuangkan bangsa dan negara ini kerjasama antara ulama dan pemimpin pergerakan muda yang saat itu diwakili oleh Soekarno dan Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari sangat menyatu dan sangat kuat memperjuangkan kemerdekaan, sampai-sampai NU membentuk Hizbullah dan mengeluarkan Resolusi Jihad. Karena bagi NU yang mengajari membela tanah air adalah agama dengan berpedoman hubbul wathon minal Iman, mencintai tanah air merupakan bagain dari pada iman, jadi kalau belum bisa membela tanah airnya sendiri belum dikatakan sempurna imannya.
“Mudah-mudahan malam ini menjadi bagian dari kehidupan kita untuk belajar mengahargai perjungan hidup” tukasnya.
Dalam kesempatan itu juga dilakukan pemotongan tumpeng sebagai bentuk kemerdekaan bangsa, dan juga penyerahan 2 buah al Qur’an dari kepala desa Slaranglor kepada GP Ansor yang diterimakan Joni Irawan, sekretaris PR GP Ansor Slaranglor.
Turut Hadir Anggota DPRD Kabupaten Tegal Sahyudin, Ketua LKMD desa Slaranglor Saproni, Ketua BPD Suwarso, dan juga ketua RT dan RW se-desa Slaranglor serta sejumlah Badan otonom NU.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Abdul Muiz