Sumenep, NU Online
Duta Perdamaian Madura memperingati Hari Toleransi Internasional, Ahad (16/11) di jalan raya Trunojoyo, utara Masjid Jamik Sumenep. Jumlah massa yang melakukan aksi sekitar 50 orang.
<>
Pantauan di lapangan, selain berorasi, mereka juga membagi-bagikan stiker tentang perdamaian kepada pengendara, selebaran "Seruan Toleransi dan Kerukunan", dan membentangkan spanduk.
"Perbedaan itu anugerah, dari Yang Maha Pengasih. Tak perlu berselisih, apalagi ada musuh. Kita rawat rasa "tasamuh". Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh," demikian isi salah satu spanduk yang mereka bentangkan.
Koordinator Duta Perdamaian Madura, M. Kamil Akhyari mengatakan, aksi tersebut untuk mengingatkan dan memberikan pendidikan kepada masyarakat akan pentingnya toleransi dan bahaya sikap intoleran.
"Sejak 1995 PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) menetapkan tanggal 16 November sebagai Hari Toleransi Internasional. Ini penting diperingati di tengah menguatnya sikap intoleran yang disebarkan beberapa pihak," ujarnya.
dalam press rilisnya disebutkan, berdasarkan laporan The Wahid Institute, pada tahun 2009 terjadi 184 peristiwa intoleran, pada 2010 meningkat menjadi 184 peristiwa, pada 2011 terjadi 267 peristiwa, pada 2012 terjadi 278 peristiwa. Pada tahun 2013 sedikit menurun menjadi 245, tapi kasusnya makin menyebar.
Catatan Setara Institute, dari 264 peristiwa pelanggaran kebebaasan beragama dan berkeyakinan pada tahun 2012, terdapat lima provinsi dengan tingkat pelanggaran paling tinggi, yaitu Jawa Barat (76) peristiwa, Jawa Timur (42) peristiwa, Aceh (36) peristiwa, Jawa Tengah (30) peristiwa, dan Sulawesi Selatan (17) provinsi.
Menurut Kamil, maraknya intoleransi di beberapa daerah tersebut bukan budaya bangsa dan karakter penduduk Indonesia. "Indonesia dibangun atas sikap saling menerima dan menghargai. Konstitusi kita, Pancasila dan UUD 1994, adalah bukti negeri ini dibangun atas sikap saling toleran para pendiri bangsa," tegasnya.
Dalam konteks konteks, ia mencontohkan masjid Jamik Sumenep. "Masjid Jamik lambang toleransi. Bangunanya memadukan beberapa arsitektur, seperti Arab, Persia, India, Cina, bahkan ada yang menyebut juga Portugis," jelasnya.
Oleh karenanya, ia mengajak masyarakat untuk mengembalikan karakter penduduk Indonesia yang mulai memudar tersebut. "Perbedaan itu indah jika dikelola dengan baik. Kita ada karena perbedaan yang dirawat atas cinta dan harmoni," ujar penulis itu.
Untuk diketahui, komunitas Duta Perdamaian Madura adalah aliansi antarorganisasi kepemudaan, inter serta antar agama di Madura. Didirikannya komunitas ini untuk mengampanyekan perdamaian, khususnya dikalangan pelajar dan pemuda. (Red: Abdullah Alawi)