Daerah

Densus 26 Madura Rutin Kaji Kitab Kiai Marzuki Mustamar

Sabtu, 26 Mei 2018 | 14:00 WIB

Sumenep, NU Online
Ramadhan dimanfaatkan komunitas Densus 26 atau Pendidikan Khusus Dai Ahlussunah wal Jamaah 1926 Koordinantor Wilayah (Korwil) Madura Jawa Timur untuk tetap mengaji. Kitab rujukan yang digunakan Almuqtathofat li Ahlil Bidayat karangan KH Marzuki Mustamar.

Pengajian ini digelar setiap Jumat sore dengan melibatkan kalangan muda demi memperkuat dalil dari amaliyah yang telah mengakar di kalangan Nahdlatul Ulama.

Menurut Korwil Madura Densus 26, Nur Faizin, pengajian sebagai bentuk kepedulian kalangan muda NU di Madura dalam merawat dan membumikan amalan Islam khas Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) an-Nahdliyah. “Apalagi di bulan Ramadhan ini perlu digiatkan kegiatan positif yang dapat menambah ketebalan iman dan kecintaan pada Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI,” katanya, Jumat (25/5).

Menurutnya, pengajian ini sudah berjalan setahun. “Alhamdulillah, kita masih konsisten. Dan ini hanya bagian dari itikad kami memahami amalan NU dan berusaha membagikan dampak positif ke masyarakat,” jelasnya.

Kegiatan juga sebagai benteng bagi warga NU agar terhindar dari hasutan kelompok lain. Tak hanya itu, melalui pengajian menjadi pondasi dalam merawat keindoensiaan,” ungkap Nur Faizin.

Ia menambahkan bahwa pengajian ini menjadi pondasi kalangan milenial dalam menangkal paham radikal yang belakangan marak diperbincangkan. “Kelompok radikal yang kerap membuat ulah dengan tindakan kekerasan dan bom bunuh diri dianggap sebagai ketidaktahuan terhadap nilai Islam yang toleran dan penuh cinta damai,” jelasnya.

Sementara itu Kiai Abdul Wasid, selaku Pembina Densus 26 Korwil Madura menambahkan bahwa kegiatan juga sebagai upaya merawat nalar harakah annahdliyah.

“Kita mengaji kitab Almuqtathofat agar kita beramaliyah ada dasarnya. Ada hikmahnya. Ada dalilnya,” katanya. 

Mengapa sejumlah kiai mengobati orang sakit menggunakan ayat Al-Qur’an dengan perantara air dan semacamnya, karena sahabat Nabi pernah melakukan dan ditahsiskan Rasulullah. 

Di dalam Al-Qur'an sendiri juga mengandung obat. “Kita orang awam tidak perlu tahu dalilnya, maka harus tahu. Sehingga orang awam dan golongan Wahabi mengetahui bahwa perbuatan kita ada dalilnya,” ungkap Kiai Wasid. (Red: Ibnu Nawawi)


Terkait