Daerah

Cerita Kiai Kampung yang Tidak Bisa Keluar Rumah Saat Lebaran

Rabu, 20 Juni 2018 | 04:00 WIB

Cerita Kiai Kampung yang Tidak Bisa Keluar Rumah Saat Lebaran

Kiai Abu Amar (baju koko putih) saat menerima tamu lebaran

Batang, NU Online
Ia bukanlah seorang kiai besar pemangku pesantren dengan ribuan santri. Bukan pula seorang pejabat dengan berlabel pangkat kehormatan. Ia hanyalah seorang kiai kampung, guru ngaji yang hanya mengajar masyarakat. 

Namun siapa sangka, saat hari raya idul Fitri, tamu yang berkunjung ke rumahnya tidak pernah putus, terus mengalir sejak hari pertama lebaran. Di rumahnya yang sederhana dan tidak terlalu besar, para tamu diterimanya dengan ramah.

Mereka yang datang tidak sebatas para murid yang pernah berguru kepadanya, namun juga masyarakat, tetangga, pengurus NU dan bahkan para pejabat. 

Sosok kiai kampung itu adalah Kiai Abu Amar, Mustasyar NU Reban, yang tinggal di Desa Adinuso, Kecamatan  Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Tiap lebaran, ia hampir tak bisa kemana-mana dan hanya berada di rumahnya untuk menerima tamu yang datang silih berganti untuk bersilaturahmi. 

"Beginilah suasananya, setelah shalat Idul Fitri hingga hari ini tamunya terus mengalir," kata salah seorang putranya, Yazid Mubarok, saat NU Online berkunjung ke rumahnya pada Selasa (19/6).

Dia mengatakan, sehabis subuh, rombongan tamu biasanya sudah mulai berdatangan. Mereka rela datang pagi-pagi agar dapat bertemu dan bersilaturahmi. Kiai Abu pun berusaha membagi waktu agar bisa menemui para tamunya. "Biasanya tamu mulai sepi saat waktu-waktu shalat," ujarnya.

Di daerah ini, kemeriahan lebaran dengan tradisi silaturrahminya memang berlangsung hingga hari ketujuh lebaran, sehingga para tamu akan terus berdatangan hingga lebaran selesai.

Nurudin, salah seorang tamu mengatakan, Kiai Abu Amar merupakan tokoh yang dituakan di daerah itu. Pada bulan syawal seperti ini, bersilaturahmi kepada kiai merupakan sesuatu yang utama bagi kalangan santri. Hampir sama pentingnya dengan mudik untuk berjumpa orang tua dan keluarga.

"Apalagi pak Kiai ini sebagai guru dan orang tua kami," katanya.

Sebagai kiai kampung yang kesehariannya mengajar masyakarat dan memimpin rutinitas keagamaan, kiai Abu memiliki kedekatan dengan berbagai lapisan masyakarat.

Kiai Abu yang semasa mudanya nyantri di Pesantren TPI Al Hidayah Plumbon, Limpung, Batang, dan pesantren Salaf Apik Kaliwungu, Kendal, dikenal sebagai kiai pengayom dan menjadi rujukan masyakarat. 

Ia menerima semua keluh kesah masyarakat tanpa lelah dan penuh dengan kesabaran. Pergaulannya dengan berbagai lapisan masyakarat menjadikannya sebagai tokoh yang dituakan dan sangat dihormati, lebih lebih dikalangan warga NU Kecamatan Reban. 

Selain mengasuh Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadi'in, kiai Abu juga sering diundang untuk memberikan ceramah agama di berbagai acara. (Zaenal Faizin/Muiz)


Terkait