Organisasi sebesar Nahdlatul Ulama (NU) dalam aktivitasnya, tentu membutuhkan dana yang besar. Namun penggaliannya jangan hanya mengandalkan proposal yang ditujukan pada pemerintah saja. Tetapi bisa digali dengan upaya gotong royong secara bersama-sama antar pengurus dan anggota. Sehingga NU tidak di cap sebagai organisasi proposal.
Himbauan tersebut disampaikan Camat Jatibarang Kabupaten Brebes Pulung Suhanda SH dalam sambutan pelantikan dan musyawarah kerja Pengurus Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Jatibarang Brebes periode 2011-2016.<>
Dalam pelantikan yang berlangsung di MTs Asy Syafiiyah Jatibarang Ahad (9/4) itu Pulung merasa berbangga hati karena selama dia memimpin di Jatibarang tidak ada proposal yang membawa nama NU. Rupanya MWC NU Jatibarang telah menggunakan filosofi sapu lidi, dengan jiwa gotong royong. “Mari kita perteguh terus komitmen bersama, dengan ikhtiar kemandirian,” ujarnya.
Selain itu, Pulung juga meminta NU untuk turut meredam kekerasan terhadap anak dan perempuan. Pembinaan keluarga sakinah mawadah warahmah melalui bimbingan keagamaan telah lama dilakukan NU. Tetapi dia memohon untuk lebih diintesifkan. Apalagi, Jatibarang merupakan gudangnya Kiai. “Kami mengharap masukan dan laporan kondisi masyarakat sekitar, lewat sentuhan pembinaan mental dalam pengajian,” ujarnya.
Senada dengan Camat, Ketua MWC NU Jatibarang Drs KH Mukhyidin bertekad akan menebarkan kedamaian. Membantu pemerintah untuk ikut menebarkan kedamaian di wilayah kecamatan Jatibarang.
Pelantikan dilakukan oleh Wakil Ketua PCNU Brebes Drs KH Sodikin Rachman. Yang dilantikan merupakan hasil pembentukan pengurus MWC Jatibarang pada 26 Januari 2011 di Pesanteren Darussalam Jatibarang Kidul. Antara lain Rais Syuriyah dipegang KH Abdullatif Syafii, Khatib Syuriyah Ustadz Ahmad Zuhri. Ketua Tanfidziyah Drs KH Mukhyidin, Sekretaris Slamet Taruni SPdI dan Bendahara H Syamlawi Rabun.
Dalam kata sambutannya, Sodikin menjelaskan bahwa jadi pengurus NU harus berani menghadapi berbagai tantangan, juga harus dilandasi dengan jiwa pengabdian. Sebab dalam merealisasikan program kerap menghadapi kendala, yang tentunya harus dipecahkan dengan solusi yang terpuji. “Sudah tidak di gaji, malah di paido lagi,” ucapnya dengan berkelakar.
Menurut Sodikin, ada tiga indikator organisasi itu baik. Pertama, memiliki program kerja yang baik. Tentunya program yang menyentuh, mengakar dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat sekitar. Kedua, ada pembagian tugas, job discription yang jelas. Dan ketiga, terjadi siklus perputaran kepengurusan yang tepat waktu, sesuai masa baktinya. (was)