Daerah

Buletin Forkapik IPNU-IPPNU Kudus Soroti Kesalahan Buku SKI

Rabu, 12 November 2014 | 01:01 WIB

Kudus, NU Online
Muhammad Ainun Na’im, pelajar MA NU Tasywiqut Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus, dengan penuh keramahan membagikan buletin Adz-Dzaka’ kepada sejumlah ulama Kudus, pengurus Badan Otonom (Banom) NU, pegawai pemerintahan, kepolisian, hingga pengurus Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) tingkat wilayah dan pusat. Mereka adalah tamu istimewa yang hadir pada acara pelantikan Pimpinan Cabang (PC) IPNU-IPPNU Kudus di Auditorium Universitas Muria, Kudus (9/11).
<>
Adz-Dzaka’ merupakan buletin terbitan Forum Komunikasi antar Pimpinan Komisariat (Forkapik) IPNU-IPPNU Kabupaten Kudus, yang berasal dari sekolah-sekolah tingkat menengah atas. Di edisi ke-6, para pelajar NU ini sepakat mengangkat topik kesalahan buku ajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang di dalamnya menyebut bahwa makam para wali merupakan “berhala masa kini.”

Sebagai sebuah wilayah kabupaten, Kudus memang tak terlalu luas. Namun meski luas wilayahnya sempit, terdapat dua makam Wali Songo sekaligus, yakni Sunan Kudus yang tak jauh dari pusat kota dan Sunan Muria di salah satu puncak Gunung Muria. Beragam aliran kepercayaan pun tersebar di Kudus, termasuk golongan Islam puritan yang mengharamkan ziarah kubur, hingga kalangan kejawen yang terlampau mensakralkan makam. Ini yang membuat Forkapik akhirnya bertindak dalam penulisan kreatif berupa buletin.

“Kami ingin buletin Adz-Dzaka’ dapat menjadi penengah, khususnya bagi para pelajar NU dalam mengambil sikap terutama di saat-saat ada dua pandangan yang sama ekstrimnya, seperti yang baru-baru ini terjadi. Sebagian yang satu menganggap bahwa makam wali itu berhala dan karenanya haram berziarah. Parahnya, pendapat ini masuk di LKS sekolah NU. Yang satu lagi menganggap bahwa makam wali berkekuatan mengijab doa, dan karenanya mereka memohon kepada makam. Ini kesalahan,” papar Dina Rosyida, Pemimpin Redaksi yang berasal dari MA NU Mu’allimat.

Selain membagikan kepada ratusan yang hadir di pelantikan tersebut, Adz-Dzaka’ juga direncanakan bakal dibagikan ke masyarakat luas melalui masjid-masjid di Kudus. “Jadi kami angkat tema ini juga berdasarkan kekhawatiran akan rawannya pola pikir masyarakat mengenai fungsi makam para wali,” lanjutnya.

Muhammad Ainun Na’im pun menolak tegas jika makam para wali disebut sebagai berhala masa kini, sebagaimana yang terdapat dalam buku SKI kelas VII. Buku itu, kini telah ditarik kembali oleh Kementrian Agama (Kemenag) Republik Indonesia (RI) dari peredaran.

“Kalau boleh memakai bahasa KH. Sya’roni Ahmadi yang disampaikan saat ngaji tafsir Jumu’ah Fajar di Masjid Menara Kudus, beliau ngendikan, wong-wong sing muni ngono iku sing do arang ngaji agomo (Orang-orang yang bicara seperti itu adalah orang yang tidak belajar agama). Alasan singkat, dalam Islam ada terma mengharap berkah dan wasilah. Nah, kedua hal ini dapat kita lakukan di makam auliya’, karena mereka lah para kekasih yang dekat dengan Allah. Satu lagi, auliya’ yang meninggal hanyalah jasadnya saja. Sedangkan jiwanya, sejatinya masih hidup,” terang Na’im.

Selain pelantikan, acara tersebut juga menyerahkan penghargaan kepada segenap pengurus harian PC. IPNU-IPPNU Kabupaten Kudus periode kemarin. (Istahiyyah/Mahbib)


Terkait