Bangun Soliditas, Muslimat NU Kraksaan Gelar Pertemuan Rutin 3 Bulanan
Rabu, 4 Januari 2017 | 02:03 WIB
Pengurus Muslimat NU Kota Kraksaan menggelar silaturahmi dengan pengurus Muslimat NU di tingkat anak cabang di aula Kantor MWCNU Kecamatan Banyuanyar, Selasa (3/1). Kegiatan rutin tiga bulan sekali ini dimaksudkan untuk membangun kekompakan, soliditas, dan kebersamaan di antara sesama pengurus.
Pertemuan cabang dan pengurus anak cabang Muslimat NU digelar secara bergantian. Sedikitnya 100 orang dari pengurus di semua tingkatan menghadiri pertemuan ini. Kegiatan ini diawali dengan pembacaan Shalawat Nahdliyah yang dipimpin oleh ST Nur Tamami.
Ketua Muslimat NU Kota Kraksaan Hj Zulfa Badri mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi dan membangun kebersamaan karena Allah SWT. “Pengurus harus solid. Usaha lahir dan batin harus dilakukan secara istiqamah,” katanya.
Sementara Sekretaris Muslimat NU Kota Kraksaan Qurratu Aini mengatakan, program ke depan harus benar-benar dikaji dan mampu dilakukan Muslimat NU sesuai dengan kemampuan yang ada di setiap layanan serta dianalisa lewat 4 (empat) pilar kekuatan sebagai indikator keberhasilan, yakni revitalisasi struktur organisasi, infrastruktur, SDM, dan pendanaan.
“Revitalisasi struktur organisasi harus dilakukan di semua tingkatan, infrastruktur sebagai fasilitas, SDM jangan sampai meninggalkan tradisi silaturahmi Aswaja (Ahlussunah wal Jamaah) yang harus dibekali ilmu pengetahuan yang tinggi untuk berdakwah. Sumber dana perlu diaktifkan di setiap tingkatan tidak memberatkan anggota, tapi akan menjadi sumber kekayaan Muslimat NU ke depan,” katanya.
Tidak hanya dalam pembinaan, jelas Qurrotu Aini, masalah keagamaan seperti pengajian, tahlilan, Yasinan, Sholawatan lebih dari ini, Muslimat NU telah memberikan kontribusi yang berarti.
“Misalnya telah dibentuknya Laskar Antinarkoba sehingga nantinya diharapkan bisa bersinergi dengan pemda dan masyarakat untuk memberantas yang bathil dan mengalahkan yang batil,” jelasnya.
Menurut Qurrotu Aini, ke depan diharapkan Muslimat NU dapat melakukan pemetaan atau strategi dakwah baru dengan mengkolaborasi atau memadukan 5 W+ 1H (What, Where, Who, When, Why dan How) dalam setiap persoalan dakwah yang terjadi.
“Format dakwah kita masih sangat dominan dengan dakwah bil lisan, bukan tidak perlu tetapi terkiat dengan format dakwah ini kita harus introspeksi diri, koreksi dan muhasabah bersama bagaimana ada keseimbangan antara dakwah bil lisan, bil hal dan bil mal,” terangnya. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)