Daerah

Alumni Johannes Keppler University Isi Diskusi Psikologi Prasangka di UNU Indonesia

Kamis, 9 Juni 2016 | 11:00 WIB

Jakarta, NU Online 
Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Psikologi Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Indonesia, menggelar kuliah tamu dengan tema Psikologi Prasangka,  Kamis (9/6). Kuliah tamu berlangsung di Kampus UNU, Jalan Taman Amir Hamzah Jakarta Pusat, dihadiri mahasiwa UNU Indonesia dan STAINU Jakarta dari berbagai jurusan, serta mahasiswa dari kampus lain. 

Any Rufaedah, Ketua Prodi Psikologi UNU Indonesia menyampaikan, kuliah tamu diselenggarakan sebagai salah satu metode pembelajaran, di luar kuliah reguler dan kajian literatur perpustakaan. 

Hadir sebagai pembicara adalah Idamsyah Eka Putra, Peneliti Senior bidang Psikologi Sosial di Universitas Persada Indonesia, dan Doktor alumni Johannes Keppler University Austria.

Dalam paparannya, Idham menyampaikan bahwa psikologi prasangka merupakan bagian dari psikologi sosial, yang merupakan perspektif yang berupaya memahami bagaimana manusia berpikir, mempengaruhi dan saling berelasi dengan lainnya. Psikologi prasangka menandakan adanya koneksi terhadap hal di luar diri seseorang atau kelompok yang berprasangka.

Lebih lanjut, Idham menyampaikan ada empat hal terkait dengan prasangka. Pertama, prasangka selalu berkenanan dengan kelompok lain; Kedua, prasangka berenaan dengan salah persepsi; Ketiga prasangka merupakan kualitas negatif  terhadap orang atau kelompok lain; dan Keempat prasangka berkenaan dengan bagaiama atribut yang ada pada kelompok lain dipahami sebagai suatu hal yang mengancam atau tidak disukai.

Prasangka biasanya menimbulkan anggapan atau sikap yang tidak seharusnya dari kelompok atau seseorang terhadap kelompok/orang lain. Oleh karena itu sebagai akademisi dituntut untuk menumbuhkan sikap kritis dan hati-hati serta tidak mudah terpengaruh oleh stigma.

Di sisi lain, penggunaan istilah tertentu (pelabelan) juga mempengaruhi anggapan orang terhadap sesuatu. Untuk meminimalisir timbulnya prasangka negatif, penggunaan istilah yang positif sangat perlu untuk ditingkatkan. (Kendi Setiawan/Fathoni)


Terkait