Opini

GP Ansor, Budaya Maritim, dan Kejeniusan Kolektif

Jum, 9 Februari 2024 | 10:00 WIB

GP Ansor, Budaya Maritim, dan Kejeniusan Kolektif

GP Ansor saat mengadakan Kongres XVI di kapal laut Pelni KM Kelud, Jumat (2/2/2024). (Foto: dok. GP Ansor)

Gerakan Pemuda Ansor, organisasi kepemudaan terbesar di Indonesia membuat inovasi. Pertama dalam sejarah, organisasi yang merupakan Badan Otonom (Banom) dari Nahdlatul Ulama (NU) ini menggelar Kongres XVI GP Ansor di laut menggunakan Kapal Pelni KM Kelud, Jumat (2/1/2024).


Sekitar 1.700 kader berkongres di atas kapal laut yang berlayar dari Tanjung Priok, Jakarta dan berakhir di Tanjung Emas, Semarang. Total kapal ini akan menempuh samudera kurang lebih 210 naval miles. Rute ini tentu bukan rute primadona saat ini, terlebih sudah ada tol lintas jawa yang kini menjadi primadona.


Berkongres di atas kapal laut merupakan sesuatu yang tidak biasa. Di lautan lepas, nenek moyang bangsa Indonesia pernah berjaya. Nenek moyang bangsa Indonesia biasa disebut sebagai pelaut ulung, penghempas samudera. Tapi atas itu semua, tidak pernah melupakan daratan dan udara. Apalagi para penyebar Islam di tanah Jawa juga menggunakan kapal laut untuk sarana dakwah. Mungkin karena inilah, para penyebar agama Islam banyak muncul di pesisir laut utara Jawa.


Nusantara mempunyai sejarah maritim yang panjang. Kehidupan maritim bangsa Indonesia sudah dimulai sejak zaman pra-sejarah hingga massa kini. Kerajaan seperti kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, memiliki kehidupan maritim yang maju. Bahkan, Majapahit disebut menguasai sebagai besar wilayah maritim di Asia Tenggara pada abad ke-14 dan ke-15.


Dengan Kongres Ansor di laut ini, diharapkan bisa menjadi pengingat soal pentingnya mindset kita sebagai negara maritim. Di tengah pembangunan infrastruktur yang luar biasa besarnya, kita tidak boleh “memunggungi” laut. Kita harus tetap menghadap ke laut, dengan menjadikan kebijakan maritim sebagai salah satu mindset kemajuan bangsa ini.


Laut mempunyai kekayaan ekonomi yang luar biasa. Karena inilah, ada istilah ekonomi kelautan atau marine economy. Setidaknya ada sembilan kekayaan laut, yang ketika di eksploitasi, tidak akan berkurang. Sembilan kekayaan itu adalah perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, sumber daya migas dan mineral, rumput laut, transportasi laut, keindahan pantai, taman laut, hingga pertahanan laut.


Kekayaan laut ini perlu dimaksimalkan melalui kebijakan-kebijakan strategis oleh pemerintah. Terlebih, Indonesia mempunyai 17 ribu pulau dengan panjang garis pantai 180 ribu kilometer. Pulau-pulau ini harus dipikirkan konektivitas antar pulau, serta bagaimana garis pantai yang begitu panjang, bisa produktif dan bergeliat menjadi pusat ekonomi baru.


Dengan adanya kongres di laut ini, GP Ansor bisa menjadi mortir pengingat tentang pentingnya mindset terhadap kebijakan-kebijakan maritim. Terlebih, dalam debat calon presiden sebelumnya, kita belum pernah mendengar soal visi besar maritim calon pemimpin kita.


Kejeniusan kolektif

Sebagai organisasi pemuda yang sangat besar, penulis berharap kepengurusan di bawah Ketua Umum yang baru, Addin Jauharuddin yang menggantikan Gus Yaqut Cholil Qoumas, bisa menerapkan collective genius atau kejeniusan kolektif (bersama-sama).


Dalam salah satu artikelnya di Harvard Bussines Review, tiga penulis kenamaan yakni Linda A Hill, Greg Brandeau, dan Emily Truelove menyebutkan bahwa pemimpin yang sukses menelurkan inovasi-inovasi keren, adalah kepemimpinan yang tidak satu arah. Melainkan pemimpin yang menjadi dirigen, terhadap tumbuh kembangnya inovasi di organisasi tersebut.


Karena inilah, jika GP Ansor ingin konsisten menjadi organisasi kepemudaan yang relevan terhadap perkembangan zaman, maka diperlukan kejeniusan kolektif yang diciptakan. Bagaimana orang-orang terbaik, bekerja dalam satu kesatuan untuk tujuan organisasi, bukan bekerja sendiri-sendiri, untuk tujuan diri sendiri. Inilah yang disebut kejeniusan kolektif.


Dengan kejeniusan kolektif, penulis yakin GP Ansor bisa mengarungi abad kedua Nahdlatul Ulama dengan lebih hebat lagi. Tentu saja, GP Ansor tidak hendak membangun sumur sebagaimana cerita rakyat di Gunung Kelud, tapi GP Ansor hendak membangun peradaban untuk kemajuan umat manusia.

 
Mahdi El Kherid, Wakil Ketua PW GP Ansor Jawa Timur dan Kapala Badan Cyber Ansor Jatim