Fragmen

Mengenang Harlah Ke-40 NU (2): Ungkapan Presiden Soekarno dan Sejumlah Pejabat

Rab, 28 Februari 2024 | 20:15 WIB

Mengenang Harlah Ke-40 NU (2): Ungkapan Presiden Soekarno dan Sejumlah Pejabat

Momen Harlah Ke-40 NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno. (Foto ilustrasi: NU Online/Aceng Darta)

Presiden/Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno menghadiri acara peringatan Hari Ulang Tahun Ke-40 Nahdlatul Ulama (NU) di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

 

Di hadapan lebih dari 100.000 orang dari massa NU beserta anggota dan pengurus badan otonom dan lembaganya, dia menyampaikan:


”Kalau unsur Pancasila pada alim ulama teguh dalam batin, negara kita akan menjadi negara yang paling baik di seluruh dunia,” begitu yang dikutip koran Kompas pada saat itu. 


Sementara beberapa pejabat negara waktu itu menyampaikan ungkapan-ungkapannya tentang NU melalui buku Tambah Usia Tambah Amal: Sedjarah Ringkas Nahdlatul Ulama. Buku tersebut diterbitkan khusus dalam rangka peringatan harlah ke-40 NU.


Wakil Perdana Menteri Pertama/Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Dr. H. Subandrio mengatakan:


“Memang NU tidak pernah absen dalam perjuangan bangsa Indonesia dan dalam revolusi Indonesia, bahkan boleh dikatakan bahwa NU sudah menjadi darah daging dari revolusi kita.”


Ia kemudian mengenang ungkapan Bung Karno pada Muktamar Ke-23 NU di Surakarta pada 1962. Pada kesempatan itu, Bung Karno menyampaikan analisanya bahwa NU ditinjau dari sudut agama, adalah nyata sebagai partai yang berjuang untuk agama, terutama sekali agama Islam.


“Hasil tinjauan Bung Karno terhadap NU dari sudut nasionalisme diakui, bahwa NU cinta tanah air, bahwa NU ikut aktif dalam revolusi, bahwa NU telah menyumbangkan tenaga ikut perjuangan dalam kemerdekaan, menyumbangkan kepada usaha menjadi satu negara yang kuat yang bernama Republik Indonesia,” katanya.


“NU telah menyumbangkan kepada Revolusi Indonesia, telah ikut berkorban, ikut berusaha, ikut membanting tulang di semua kepulauan antara Sabang sampai Merauke,” tambahnya.


Berdasarkan tinjauan-tinjauan Bung Karno itu, lanjut dia, maka Bung Karno akhirnya mendapat hasil riset analisisnya, NU telah membuktikan memberi bantuan yang sebesar-besarnya terhadap revolusi Indonesia ini.


“NU sekarang menjadi partai besar, tidak hanya mendapat kepercayaan rakyat sebagai pendekar agama, akan tetapi lebih daripada itu, NU juga diikuti oleh rakyat oleh karena ikut serta mempelopori semangat nasionalisme, pula NU berdiri di garis depan dalam memperjuangkan keadilan sosial. Oleh karena inilah NU terus bertumbuh, oleh karena inilah NU terus makin kuat, oleh karena NU mengemban cita-cita rakyat secara keseluruhan! Ialah berjiwa sejati, berjiwa nasionalisme, dan berjiwa sosialisme,” urainya.


Menteri Koordinator Kompartemen Pertahanan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal TNI A.H. Nasution pada buku tersebut juga mengatakan:


“Usia 40 tahun bagi NU merupakan usia dewasa yang mencerminkan adanya pengalaman yang sebanyak-banyaknya, suka duka yang sebanyak-banyaknya dan juga korban yang besar. Lebih dari segalanya ialah penggambaran kematangan NU sebagai suatu man power untuk memegang saham perjuangan yang terpenting dalam mensukseskan cita-cita revolusi.


“Dari usia 40 tahun NU saya yakin bahwa NU akan tetap jaya dan agama Islam yang di samping agama lain menjadi urat tunggang filsafat negara kita Pancasila akan terangkat dengan kejayaannya.”


Menteri Koordinator Kompartimen (Menko) Kesejahteraan H.M. Muljadi Djojomartono mengatakan, bahwa Nahdlatul Ulama sampai dewasa ini telah 40 tahun –baik organisasi maupun masing-masing pribadi yang terlingkung dan menjadi pemimpinnya- telah memberikan darma baktinya yang besar dalam menegakkan serta mempertahankan negara dan agama.


“Sampai dewasa ini sudah 40 tahun Nahdlatul Ulama bergelimang dengan berbagai pengalaman perjuangan dan kalaulah tidak karena partai ini berurat tanggungkan kepada kepentingan kepada kepentingan umat yang beragama Islam, tentu sudah lama lenyap dilanda arus sejarah,” katanya.


Sementara Menteri Urusan Veteran dan Demobilisasi Major Djendral Sarbini mengatakan:

“Sebagaimana kita alami bersama situasi kehidupan dan perjuangan bangsa Indonesia yang tengah mengalami berbagai goncangan mulai dari kebijaksanaan pemerintah di bidang moneter, ekonomi, sebagai realisasi penetapan Presiden Nomor 27 tahun 1965, secara politik luar negeri konfrontasi terhadap nekolim Malaysia.”


“Dalam hal ini Nahdlatul Ulama sebagai partai agama merupakan salah satu kekuatan sosial yang menjadi tiang penegak negara kita. Dan diharapkan banyak memberikan amalan untuk menegakkan kembali stabilisasi pemerintahan dan perekonomian negara kita,” katanya.