Pustaka

Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim dalam Lintasan Sejarah

Rab, 8 Mei 2024 | 09:00 WIB

Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim dalam Lintasan Sejarah

Ilustrasi cover buku. (Foto: NU Online/Muntaha)

Ka'bah yang agung dan diberkahi memiliki banyak sekali kebaikan, manfaat, dan keberkahan karena di sana terdapat ketenangan dan kasih sayang. Mengagungkannya merupakan bagian dari ketakwaan hati kepada Pemiliknya yang Maha Mengetahui. 

 

Allah telah meletakkan ayat-ayat (tanda) yang jelas lagi kekal di dalamnya untuk suatu hikmah tidak terhingga dan aneka rahasia yang agung. Sebagian dari tanda-tanda yang tampak dan dapat dilihat secara kasat mata saat mengunjungi Ka'bah adalah batu mulia agung yang turun dari surga, Hajar Aswad. 

 

Hajar Aswad adalah satu di antara batu mulia surga. Dahulu warnanya lebih putih dari susu namun seiring berjalannya waktu berubah menjadi hitam akibat dosa-dosa manusia. Batu itu ibarat ‘tangan kanan’ Allah swt. di muka bumi. Dari sanalah orang-orang memulai tawafnya dengan menyentuh dan menciumnya. Menyentuh Hajar Aswad atau  melakukan isyarat dengan tangan menjadi tanda dimulainya tawaf.

 

Dikarenakan kedudukan dan keutamaannya yang luhur, penghargaan dan perhatian Rasulullah terhadap Hajar Aswad juga begitu besar. Hal tersebut tercermin dalam penjelasan beliau mengenai keutamaannya yang agung dan kemuliaannya yang luhur di samping juga terlukis dalam perilaku beliau dengan cara menyentuh dan menciumnya. Rasulullah senantiasa mencium Hajar Aswad dengan penuh keyakinan sehingga bertambahlah keberkahan pada batu mulia tersebut.

 

Di belakang Hajar Aswad, sebelah kanan orang yang memandangnya, terdapat batu lain yang juga memiliki derajat yang tinggi dan agung. Batu yang juga menjadi bagian dari batu mulia surga, yaitu Maqam Ibrahim. Batu tersebut juga turun dari surga. Dari atas batu tersebut, Nabi Ibrahim berdiri ketika membangun Ka’bah, yakni ketika beliau kesulitan dalam mengambil batu-batu untuk dijadikan sebagai fondasi, beliau berdiri di atas batu itu, sedangkan Ismail as. Mengambilkan batu-batu tersebut untuknya.

 

Lintasan sejarah dua batu mulia pada Ka’bah itu diungkap oleh Said Muhammad Bakdasy melalui kitabnya yang berjudul Fadhlul Hajar Aswad wa Maqam Ibrahim dan telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Gumilar Irfanullah dengan judul Sejarah Hajar Aswad & Maqam Ibrahim: Kisah Lengkap Batu dari Surga dan Jejak Kaki Nabi Ibrahim.

 

Latar Belakang Penulisan

Said Muhammad Bakdasy dalam prolog buku ini mengatakan, di antara alasan ditulisnya buku tentang Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim ini adalah karena ia tidak menemukan satu buku khusus yang membahas keduanya. Disamping itu, tidak sedikit dari jamaah haji dan umrah yang belum mengetahui kabar dan keutamaan Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim. 

 

Adapun alasan mengapa buku ini menggabungkan pembahasan mengenai Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim adalah karena keduanya sama-sama batu kembar yang mulia dan turun dari surga. Selain itu, keduanya juga secara fisik saling berdekatan di kompleks Ka’bah.

 

Isi Buku

Secara garis besar, buku ini mengupas tuntas hal-hal yang berkaitan dengan Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim dari berbagai sisi. Mulai dari aspek sejarah, keutamaan, keistimewaan, hukum-hukum yang meliputi keduanya, sampai kisah-kisah tentang keduanya.

 

Jika dipetakan, buku ini dibagi menjadi dua bagian utama. Sebelum memasuki bagian utamanya, terdapat sebuah pendahuluan sekilas tentang Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim. Kemudian setelah itu, paparan mengenai beberapa karya tulis yang membicarakan keduanya, baik yang sudah dicetak maupun yang masih dalam bentuk manuskrip.

 

Pada bagian pertama, buku ini akan mengkhususkan pembahasannya mengenai Hajar Aswad. Mulai dari sejarah Hajar Aswad, keutamaan, hukum fiqih yang berkaitan dengan Hajar Aswad dan Rukun Yamani, sampai pembahasan mengenai syair-syair pujian terhadap Hajar Aswad.

 

Sedangkan pada bagian kedua, buku ini akan khusus membicarakan Maqam Ibrahim. Mulai dari sekilas tentang Maqam Ibrahim, letaknya dalam pusaran sejarah, perhatian Nabi Muhammad terhadap tempat-tempat manasik haji, keutamaan Maqam Ibrahim, sampai pembahasan mengenai tinjauan fiqih terhadap surat Al-Baqarah ayat 125-175. Tentunya, pada setiap bagian memiliki beberapa sub-bab seperti layaknya buku-buku lain. 

 

Adapun metode yang ditempuh penulis buku ini adalah menghadirkan tulisan-tulisan mengenai Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim yang terdapat dalam buku-buku sejarah Makkah, baik yang klasik maupun modern, baik yang sudah dicetak maupun yang masih berupa manuskrip. 

 

Selain itu, penulis buku ini juga melampirkan riwayat mengenai Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim, sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab tafsir, hadits, dan syarah-syarahnya, serta kitab-kitab fiqih, manasik, dan lain sebagainya.

 

Kelebihan dan kekurangan

Kelebihan buku ini, selain kaya akan informasi, ia juga tetap enak dibaca oleh berbagai macam kalangan, baik orang awam maupun akademisi. Hal ini karena penulisnya menyampaikan ide-idenya dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan tidak bertele-tele.

 

Selain itu, buku ini terbilang cukup lengkap dalam membahas tentang Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim. Setiap bagiannya disajikan berdasarkan kitab-kitab klasik yang tidak banyak orang meliriknya.

 

Buku ini juga dilengkapi dengan gambar ilustrasi yang informatif mengenai tempat-tempat yang ada kaitannya dengan Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembaca.

 

Buku ini bisa menjadi rujukan utama bagi orang yang ingin mengetahui secara detail terkait Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim, khususnya bagi calon jamaah haji dan umrah. Sebab, dengan membacanya, para jamaah akan tahu bagaimana keistimewaan kedua batu mulia ini sehingga semakin mantap dalam menjalankan ibadah haji dan umrahnya.

 

Meski banyak kelebihannya, namun, namanya juga karya manusia, pasti tak luput dari kekurangan. Salah satu kekurangan dari buku ini terletak pada gambar ilustrasi yang tidak berwarna sehingga menjadi kurang jelas bagi pembaca berusia senja.

 

Identitas Buku

Judul Buku: Sejarah Hajar Aswad & Maqam Ibrahim: Kisah Lengkap Batu dari Surga dan Jejak Kaki Nabi Ibrahim 
Judul Asli: Fadhlul Hajar Aswad wa Maqam Ibrahim 
Penulis: Prof. Dr. Said Muhammad Bakdasy
Penerjemah: Gumilar Irfanullah
Penerbit: Turos Pustaka 
Tahun Terbit: 2018
Tebal: 228 hlm  
ISBN: 978-602-1583-53-1

 

M. Ryan Romadhon, Alumnus Ma’had Aly Al-Iman Bulus Purworejo.