Wawancara

KH Amdjad Al Hafidz, Pencipta Syair Asmaul Husna

Sen, 7 Oktober 2013 | 22:14 WIB

KH Amdjad Al Hafidz, Pencipta Syair Asmaul Husna

Nadham Asmaul Husna cukup populer dilantunkan di lembaga-lembaga pendidikan, seperti madrasah atau pesantren.

Bagi sebagian kita, amalan Asmaul Husna sudah tidak asing lagi. Dalam setiap acara mujahadah atau pengajian, Asmaul Husna menjadi selalu ada. Tidak hanya itu, Asmaul Husna sudah menjadi bacaan ‘wajib’ sebelum kegiatan belajar mengajar di madrasah atau sekolah.

 

Amalan Asmaul Husna yang sudah dijadikan tradisi ini, tidak bisa lepas dari peran sosok seorang dosen Universitas Wahid Hasyim Semarang (Unwahas) H Amdjad Al Hafidz. Ia yang bertempat tinggal di Jalan Bledak Kanti II/3 Perumnas Tlogosari Semarang ini adalah pengarang nadham atau syair Asmaul Husna sehingga memudahkan setiap orang membaca dan menghafalkan.

 

Asmaul Husan tidak hanya tersebar ke pelosok desa atau daerah di Indonesia, tetapi sudah diamalkan umat mancanegara. Berikut petikan wawancara NU Online dengan H Amdjad yang juga pengasuh Mujahadah al-Asmaul Husna saat berada di Kudus, 22 September 2013 lalu.

  

Bagaimana awal ceritanya Asmaul Husna menjadi amalan /bacaan majlis mujahadah?

Pada tahun 90-an saya bersama jamaah mujahadahan membaca doa-doa dengan harapan untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Setelah ditunggu lama, tanda-tanda harapan itu belum juga muncul. Sehingga pada Juni 1999, para jamaah saya ajak mengamalkan Asmaul Husna dengan syair biasa. Kita tahu Asmaul Husna adalah nama-nama kebesaran Allah yang berjumlah 99. Alhamdulillah, setelah beberapa waktu mengamalkannya, kejiwaan jamaah yang stres pelan-pelan hilang dan kelihatan menjadi bahagia. Meskipun dhahirnya masih sama, tapi sudah kelihatan bahagia. 

 

Lalu ide menulis nadhoman Asmaul Husna? 

Pada waktu itu, lagu-lagu agama dengan irama datar kurang diminati. Tiba-tiba kehendak Allah, Asmaul Husna kami beri awalan bismillah bada’na/walhamduli rabbina dan akhiran doa yang berbentuk syiiran/nadhaman. Saya memandang untuk memudahkan orang mengamalkan dan menghafalkan. Proses penyusunannya selama satu bula dengan perbaikan sambil jalan. Ketika ada bacaan yang kurang tepat sesuai irama syair, baru diperbaiki. 

 

Bagaimana respons masyarakat adanya nadhoman ini? 

Setelah tersusun dan disebar ke masyarakat ternyata banyak yang mengamalkan. Mulai dari masyarakat biasa, pejabat dan mahasiswa. Hingga kini Asmaul Husna didengungkan di berbagai kumpulan atau jam’iyahan di pelosok pedesaan karena semua mahasiswa (unwahas) menyebarkan amalan agung ini di daerahnya masing-masing. Bahkan juga diamalkan santri yang mukim di mancanegara seperti Hongkong dan Taiwan dengan cara melalui HP. Negara timur tengah (Arab) penyebarannya lewat umrah dan haji.

 

Apa barokah atau khasiat yang dirasakan setelah mengamalkan Asmaul Husna?

Selama yang saya dan jamaah rasakan, usai membaca mendapat hasil jiwa (hati) semakin tentram dan tenang. Bila semua masyarakat bangsa ini mengamalkan Asmaul Husna, kita tunggu saja Indonesia akan makmur. Barakah Asmaul Husna akan membawa tiga hal yang menjadi ukuran bangsa makmur yakni majunya pendidikan, semangat tinggi sumber daya manusianya dan tersedianya sarana lengkap dan modern mulai fisik dan ilmu pengetahuan. 

 

Harapan bapak kepada masyarakat? 

Kami berharap masyarakat seluruh dunia selalu mengamalkan Asmaul Husna supaya menjadi ahli dzikir. Dengan begitu, akan mendapat kekuatan dalam amal, sikap dan kehidupan akan menjadi makmur. Semuanya tergantung ketekunan dan Insya Allah mengabulkan. Buktinya para jamaah mendapat ketenangan jiwa dan tentram. Dan pada saat di akhirat nanti akan masuk surga sebagaimana penjelasan Nabi bahwa barang siapa yang membaca asma Allah akan masuk surga.(Qomarul Adib/Anam)