Warta

Wapres : Tutup Stasiun TV Penayang Pornografi

NU Online  ·  Selasa, 12 Agustus 2003 | 07:08 WIB

Jakarta, NU.Online
Wapres Hamzah Haz mengisyaratkan kepada televisi yang gemar menayangkan tayangan pronografi dan pornoaksi serta merusak moral agar ditutup.

"Silakan surati pemerintah agar pemerintah menutup saja stasiun televisi yang menayangkan pornografi," kata Wapres dalam sambutan tanpa teks saat membuka seminar dan konsolidasi nasional Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Perguruanat Tinggi Islam di Istana Wapres, Jakarta, Selasa.

<>

Wapres minta Departemen Agama mengamati stasiun- stasiun televisi yang berkali-kali menayangkan pornografi untuk diberikan peringatan.Depag bisa menegur stasiun-stasiun itu. "Beri teguran pertama, kedua, dan ketiga. Kalau masih saja (menayangkan pornografi-red) bisa mengusulkan agar pemerintah menutup saja stasiun itu," katanya.

Masalah pornografi dan narkoba telah menjadi keprihanitnan Wapres karena merusak moral, mental, dan akhlak mulia yang ingin dibangun pemerintah bersama rakyat melalui UU Sistem Pendidikan Nasional yang telah ada.

Ia meminta para mahasiswa untuk mengontrol masalah tersebut agar bangsa Indonesia mampu menjadi bangsa yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia."Jangan sampai bangsa kita hanya dikenal dengan hal-hal yang jelek saja," katanya.

Pendidikan

Pada kesempatan itu Wapres juga menegaskan kembali mengenai pembangunan pendidikan pada masa lalu yang tidak menjadi pilar pembangunan bangsa sehingga dunia pendidikan dan sumber daya manusia Indoensia jauh tertinggal dibanding bangsa lainnya.

Selain itu biaya pendidikan juga ternyata sangat mahal dan hanya mampu diikuti kalangan menengah dan atas. Sedangkan rakyat yang miskin paling-laing hanya mencapai tujuh sampai sepuluh persen yang mengikuti pendidikan. "Tapi kebanyakan hanya mencapai tingkat SD," katanya.

Pada bagian lain, ia mempersilakan para mahasiswa menilai dan mengkritik kinerja pemerintah saat ini. Namun hal itu hendaknya dilakukan dengan cara santun, bukannya dengan caci maki.

"Dikritik silakan tapi tidak mungkin memperbaiki dalam waktu sekejab berbagai masalah yang sudah berlangsung 32 tahun," katanya. Kalaupun para mahasiswa berdemontrasi, silakan saja tetapi tidak dilakukan dengan cara menghujat atau dengan cara cara yang bisa membawa kerawanan.

"Demo-demo silakan tapi misalnya dengan cara yang Islami. Turun dengan shalawat badar, pengajian dan dakwah sehingga yang mendengarnya dapat lebih peka dan merasa malu jika tidak melakukan perbaikan," katanya.(ant/cih)