Warta

Wapres Minta IPNU Tolak Radikalisme Pelajar

NU Online  ·  Kamis, 29 Juli 2010 | 11:02 WIB

Jakarta, NU Online
Wakil Presiden RI meminta Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) berperan aktif dalam menangkal radikalisme dalam beragama di kalangan pelajar. Wapres menegaskan dukungannya kepada IPNU agar terus memperjuangkan moderasi di kalangan pelajar dan menolak berbagai bentuk ekstrimisme dalam beragama.

Demikian disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) IPNU Ahmad Syauqi kepada NU Online di Jakarta, Kamis (29/7). Rombongan PP IPNU diterima di Istana Wapres pada Rabu (28/7) kemarin.<>

“Kami menyampaikan berbagai isu strategis dalam bidang pendidikan dan berbagai persoalan yang dihadapi oleh pelajar,” kata Syauqi.

Beberapa materi tersebut akan dibawa pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I IPNU pada 29 Juli-1 Agustus 2010 mendatang di Pontianak, Kalimantan Barat.

Menurut Syauqi, ada tiga hal pokok yang disampaikan PP IPNU kepada Wapres. Pertama, munculnya tantangan baru yang menginfiltrasi dunia pendidikan nasional yaitu suburnya nilai radikalisasi agama melalui institusi intra sekolah berkedok ”Rohis” (Rohaniawan Islam).

“Organisasi underbow OSIS di wilayah kajian keagamaan tersebut, kini menjadi ruang potensial bagi suburnya penanaman nilai-nilai Islam garis keras, dengan pemahaman kaku. Pemahaman kaku dan parsial terhadap nilai keagamaan itu, pada gilirannya dapat mengancam pondasi nasionalisme dan kontraproduktif dengan semangat kebhinekaan,” katanya.

Selain soal radikalisme PP IPNU juga menyampaikan keresahan pelajar mengenai beredarnya video mesum pasangan artis terkenal di Tanah Air. PP IPNU menyampaikan, video-video tak senonoh itu telah banyak beredar di kalangan para pelajar dan generasi muda yang bisa disaksikan via internet dan ponsel.

Kepada Wapres PP IPNU juga meminta pemerintah mengoptimalisasi anggaran berbasis kebutuhan pelajar. Selama ini, dari akumulasi kuota anggaran pendidikan 20% lebih banyak dihabiskan untuk alokasi biaya rutin. “Hal itu mengakibatkan besarnya alokasi dana pendidikan tidak berbanding lurus dengan kualitas SDM pelajar,” kata Syauqi. (nam)