Upacara Tuk Sibedug, Peringati Karomah Sunan Kalijaga Digelar
NU Online · Selasa, 30 Juni 2009 | 04:14 WIB
Masyarakat Margoadi, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali akan menyelenggarakan upacara adat ’Tuk Sibedug’ yang dimaksudkan sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sementara sejarah ’Tuk Sibedug’ itu sendiri dahulu kala Sunan Kalijaga ketika hendak salat Dhuhur di tempat tersebut tidak ada air untuk wudhu, selanjutnya Sunan Kalijaga, yang memiliki karomah, menancapkan tongkatnya dan keluarlah air untuk Wundlu, dan mulai saat itulah di tempat tersebut dinamakan Tuk Si Bedug.<>
"Kegiatan upacara adat ini telah berlangsung bertahun-tahun secara turun temurun sebagai ungkapan terimakasih masyarakat kepada Tuhan yang telah memberikan berbagai kenikmaatan seperti rezeki dan ’Tuk’ (sumber air) yang tidak pernah kering dan memberi berkah pada masyarakat setempat," kata Kata Ketua Panitia Upacara Adat ’Tuk Sibedug’, Beni Sujendro, Senin.
Menurut dia, upacara adat "Tuk Sibedug" sampai saat ini masih eksis dilaksanakan, bahkan banyak melibatkan banyak pihak bukan saja masyarakat sekitar tapi juga dari luar daerah.
"Upacara adat ini dulunya hanya dirayakan masyarakat Margodadi Seyegan, tetapi saat ini sudah merambah desa sekitar seperti Margomulyo, Margoagung ikut berpartisipasi meramaikan upacara adat ’Tuk Sibedug’," katanya.
Ia mengatakan, bentuk partisipasi tersebut antara lain dengan tampilnya beberapa Bregodo (pasukan) yang mereka miliki. "Beberapa Bregodo dari beberapa perwakilan di sekitar Margoadi siap untuk meramaikan upacara adat ini," katanya.
Ia mengatakan, rangkaian kegiatan upacara adat ’Tuk Sibedug’ yang puncaknya akan dilaksanakan 3 Juli 2009, didahului dengan berbagai kegiataan yaitu pada Jumat (25/6) berupa kenduri dilanjutkan dengan pengambilan air di ’Tuk Sibedug’ seterusnya disemayamkan di Balai Desa Maargodadi Seyegan.
"Pada malam harinya digelar ’Macapatan’ oleh paguyuban Urip Sejati yang dilakukan di ’Tuk Sibedug’. Sedang pada 30 Juni 2009 jam 20.00 WIB akan ditampilkan pentas Kobrasiswa dari desa Margomulyo Seyegan dan pada 1 Juli mulai jam 20.00 WIB juga akan ditampilkan pagelaran Kethoprak Dadi Manunggal dengan lakon Minak Jingga," katanya.
Sedangkan pada Kamis 2 Juli mulai jam 09.00 WIB sampai selesai akan ditampilkan paagelaran Seni antar pedukuhan.
"Sementara puncak acara pada Jumat 3 Juli mulai jam 09.00 WIB akan ditampilkaan Karawitan dari Japanan, dilanjutkan pada jam 13.00 13.30 WIB pemberangkatan kirab," katanya.
Beni mengatakan, puncak upacara akan dimulai jam 16.00 WIB yang dimulai dengan pembacaan riwayat Tuk Si Bedug dilanjutkan masuknya bregada prajurit dan display prajurit/bregada, dan perebutan gunungan serta diakhiri dengan pentas Jathilan putri Puspito Sadar dari Klangkapan.
"Puncak apacara adat ini akan ditutup dengan pentas wayang kulit dengan dalang Nyi Yuniatun dengan lakon Wahyu Makutoromo," katanya. (ant/mad)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menguatkan Sisi Kemanusiaan di Bulan Muharram
2
Khutbah Jumat: Mengais Keutamaan Ibadah di Sisa bulan Muharram
3
Inalillahi, Tokoh NU, Pengasuh Pesantren Bumi Cendekia KH Imam Aziz Wafat
4
Khutbah Jumat: Muharram, Momentum Memperkuat Persaudaraan Sesama Muslim
5
Khutbah Jumat: Jangan Apatis! Tanggung Jawab Sosial Adalah Ibadah
6
Khutbah Jumat: Berani Keluar Dari Zona Nyaman
Terkini
Lihat Semua