Warta

Ulama Berperan Ciptakan Stabilitas

NU Online  ·  Kamis, 26 Agustus 2010 | 19:03 WIB

Brebes, NU Online
Alim ulama berperan strategis dalam penciptaan stabilitas bangsa dan negara. Ulama dinilai mampu mengubah perilaku masyarakat dengan pendekatan persuasive.

Pendekatan kultural spiritual yang dilakukan ulama, ternyata mampu menuntun masyarakat semakin patuh pada hukum, sehingga stabilitas dapat diwujudkan.<>

“Sentuhan ulama dengan pendekatan hukum agama, sangat ampuh menstabilkan negara dan bangsa,” ujar Kepala kepolisian daerah (Kapolda) Jawa Tengah Irjen Drs. Edward Aritonang MM saat sambutan pada Tarawih Keliling se-Eks Karesidenan Pekalongan di Pendopo Bupati Brebes Rabu (25/8).

Menurutnya, pondasi agama Islam yang mengajak pada amar maruf nahi mungkar menyadarkan pada masyarakat untuk berbuat kebajikan. Dia juga memandang betapa pentingnya pendidikan akhlak. Pembangunan akhlak atau karakter bangsa harus lebih ditancapkan lebih mendalam.

“Putra putrid kita, jangan sampai salah asuh sehingga menjalani hidup tidak lagi sesuai dengan aturan agama dan hukum,” pesan Kapolda.

Edward yang baru seminggu menerima tampuk kepemimpinan di jajaran Kepolisian Jateng itu selanjutnya mengajak ulama untuk bekerja sama. Menyelamatkan generasi muda dari gempuran peradaban, sudah sangat mendesak. Mereka sangat perlu mendapatkan pendidikan agama yang lebih intens sehingga tidak keliru dalam memaknai agama.

Demikian juga dengan kepolisian akan menerapkan prinsip-prinsip hukum negara tanpa pandang bulu. Sebagaimana pesan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menerapkan justice for all (hukum untuk semua).

Segala pengaduan yang disampaikan ke pihak kepolisian akan diproses secara adil bagi semuanya. “Entah itu yang datang dengan mobil mercy atau jalan kaki akan dilayani dengan simpatik,” janjinya.

Termasuk jajaran kepolisian, kata Edward, perilakunya perlu diubah. Polisi tidak harus garang dalam melaksanakan tugasnya, tapi dengan simpatik. Sehingga menjadi sahabat bagi semua. “ Dalam melayani, mengayomi dan melindungi masyarakat diterapkan dengan prinsip-prisnip simpatik.

Edward melakukan lawatan ke Brebes dalam rangka perkenalan dan koordinasi dalam rangka persiapan arus mudik dan balik lebaran. Dipilihnya Brebes karena sebagai pintu gerbangnya Jawa Tengah. “Brebes itu pialanya Jateng, maka harus diperindah termasuk dalam pengaturan lalulintas,” pungkasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Kapolda memberikan bingkisan kepada yatim piatu dan para alim ulama se-eks karesidenan pekalongan.

Sementara, H Safrudin Sahroni dari Universitan Walisongo Semarang dalam tausiyahnya menyampaikan perbedaan kesalehan. Bahwa kesalehan itu disesuaikan dengan tugas dan profesinya. Kesalehan Kiai bisa dilihat dari dzikir dan doanya yang afdol. Pejabat dari tanda tangannya yang tidak serampangan, polisi dari tetesan keringatnya mengatur lalu lintas.

“Kalau polisi saat puasa mengatur lalu lintas, maka tetesan keringatnya sama seperti dzikirnya kiai di masjid,” ujarnya.

Namun dia mengingatkan agar tugas yang dijalaninya dengan ikhlas. “Jangan sampai berdiri jalan raya, hanya untuk ‘nyari-nyari’,” ledek Sahroni disambut tawa hadirin. (was)