Tradisi Menulis Kalangan Pesantren Perlu Ditingkatkan
NU Online · Jumat, 25 Mei 2007 | 12:01 WIB
Jakarta, NU Online
Ilmu dan pemikiran yang dimiliki oleh para kiai dan ulama pesantren seharusnya lebih banyak didokumentasikan dalam bentuk tulisan yang bisa dilacak lintas generasi.
“Para kiai adalah orang yang murah hati untuk membagikan ilmunya, tetapi waktunya kan terbatas dan tak semua orang memiliki waktu. Karena itu penulisan pemikiran menjadi sangat penting,” tandas Mohammad Sobary dalam acara launching Majalah Mata Air di Jakarta, Kamis malam.
<>Menurutnya jika tradisi menulis ini memiliki akar yang kuat, maka jejak pemikiran para ulama dan kiai NU akan terlacak sampai masa yang panjang. “Jika ini bisa dilakukan, maka akan banyak menteri-menteri yang datang dari NU,” imbuhnya.
Dikatakannya bahwa kiai NU lebih banyak menjalani kesalehan pribadi dengan menjalankan ritual-ritual keagamaan, namun ini akhirnya menjadi kemewahan pribadi dan menjadi kemubadziran sosial.
Sementara itu Pengasuh Ponpes Raudhatut Thalibien KH Mustofa Bisri tidak sepakat dengan pendapat Kang Sobary kalau para kiai tidak memiliki tradisi menuliskan pemikirannya.
Mustasyar PBNU ini mencontohkan KH Bisri, kakeknya, meskipun setiap hari mengajar 39 kitab, setiap malam masih sempat menulis. Demikian juga para sesepuh NU seperti KH Hasyim Asy’ari juga suka menulis diwan atau puisi sampai dengan KH Ali Ma’sum, mantan rais aam PBNU. “KH Hamid Pasuruan itu juga sastrawan, tapi tertutup oleh kewaliannya,” paparnya.
Menurutnya permasalahan turunnya tradisi penulisan dikalangan NU terjadi ketika muncul teknologi speaker yang menyebabkan aktifitas para kiai lebih banyak tersita untuk berdakwah secara oral.
Namun demikian, tradisi penulisan belakangan ini mulai berkembang lagi. Diberbagai pesantren saat ini banyak anak-anak muda yang sudah mampu menulis dengan bagus. Ia juga mencontohkan Pesantren Lirboyo saat ini telah memiliki penerbitan majalah yang dikelola secara bagus dan terbit secara rutin dengan nama Miskat. “Jangan sampai yang di Jakarta kalah sama santri di daerah,” tandasnya memberi semangat. (mkf)
Terpopuler
1
Fadli Zon Didesak Minta Maaf Karena Sebut Peristiwa Pemerkosaan Massal Mei 1998 Hanya Rumor
2
Mendesak! Orientasi Akhlak Jalan Raya di Pesantren
3
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
4
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
5
LD PBNU Ungkap Fungsi Masjid dalam Membina Umat yang Ramah Lingkungan
6
Orang-Orang yang Terhormat, Novel Sastrawan NU yang Dianggap Berbahaya Rezim Soeharto
Terkini
Lihat Semua