Warta

Tokoh Santri Diprediksi belum Bisa Ambil Peran Penting dalam Politik

NU Online  ·  Senin, 12 Januari 2009 | 04:37 WIB

Surabaya, NU Online
Kian 'larisnya' suara santri untuk memberikan dukungan politik baik pemilihan anggota legislatif (Pileg) 2009 maupun Pilpres 2010, menarik minat kalangan pelajar nahdliyin untuk mengungkap sejauh mana peranan santri dalam dunia politik di Indonesia.

Dalam seminar yang dihelat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Putra Putri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU) Sabtu (10/1), terungkap bahwa prestasi terbaik kalangan santri dalam dunia politik terjadi pada era perang kemerdekaan. Selanjutnya, pada masa orde baru dan reformasi kalangan atau tokoh santri tak lagi bisa mengembangkan peranya dalam kehidupan berbangsa.<>

Hal itu diungkap Pengamat Politik Universitas Airlangga (Unair), Airlangga Pribadi MSi yang menjadi narasumber seminar bertemakan 'Menakar Kepabilitas Kepemimpinan Santri Menyongsong Politik 2009'. Selain Airlangga, hadir dalam seminar yang digelar di Aula Gema IAIN Sunan Ampel Surabaya tersebut Ketua Fraksi Partai Golkar (FPG) DPR RI, Priyo Budo Santoso, serta narasumber dari Lakpesdam PWNU Jatim.

Airlangga mengatakan, pada masa perang kemerdekaan, santri yang ikut andil dalam dunia poltik di Indonesia. Terbukti, mereka (kalangan santri) berafiliasi dengan sejumlah partai politik (paprol) terutama parpol berasaskan Islam.

Menurutnya, pada masa ini tokoh-tokoh santri mampu mengambil peran dalam setiap parpol sehingga bisa memengaruhi kebijakan pemerintah. Sedangkan pada masa orde baru, peranan para santri seolah dimatikan dalam dunia poltik.

''Banyak tokoh santri yang tidak tergabung dalam parpol Islam,'' katanya.

Airlangga juga mengatakan, pada era reformasi peranan santri dalam dunia politik meski sudah kembali masuk ke berbagai parpol, belum mampu menunjukan peranan mereka.

Sementara Priyo Budi Santoso mengatakan, dengan kondisi semacam itu maka politisi santri harus berada pada posisi dan waktu yang tepat. Artinya, kata Priyo, seorang santri ketika masuk dalam dunia politik tidak perlu tanggung-tanggung.

''Jangan tanggung-tanggung, ketika masuk parpol pegang tampuk pimpinan. Dengan begitu maka peran santri bisa ditunjukan, tentutnya dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang baik,'' katanya.

Priyo juga mengatakan, sudah saatnya kalangan santri masuk kembali ke dunia politik sebagaimana pada masa kemerdekaan. Hal ini perlu dilakukan agar keberadaan dan pemikiran-pemikiran santri tidak terkubur oleh hingar bingarnya zaman.

''Santri sudha harus masuk ke segala lini, terutama poltik. Tak lain adalah untuk membenahi perwajahan politik di Indonesia,'' katanya.

Dia mengatakan, untuk mendukung gerakan santri tersebut dirinya sengaja mendirikan Forum Silaturrahmi Santri (Forsis) di setiap daerah. ''Saya sebagai ketua dewan Forsis mengimbau kepada para santri agar tidak tanggung-tanggung saat masuk ke dunia politik,'' katanya. (*)