Pati, NU Online
Menghadapi Pemilu Presiden pada 5 Juli mendatang, tidak sedikit warga NU yang kebingunan menentukan pilihan. Hal itu tentu saja terkait dengan beberapa tokoh NU yang maju menjadi calon presiden dan wakil presiden. Di tengah ketidakpastian sikap tersebut, Rais Aam PBNU KH AM Sahal Mahfuzd mengeluarkan "Dawuh Politik" yang ditujukan kepada segenap warga NU. Berikut petikan lengkapnya.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Kepada segenap warga Nahdlatul Ulama di mana pun berada;
Alhamdulillah wa syukru lillah, segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mempertemukan kita dalam majlis silaturrahim ini. Mudah-mudahan pertemuan kita ini diridlai dan diberkati oleh Allah serta bermanfaat bagi kita, warga NU khususnya, bangsa dan negara kita Indonesia pada umumnya.
Saudara-saudara warga NU yang saya cintai; selaku Rais ‘Am Nahdlatul Ulama, saya merasa bersyukur bahwa kalian semua telah menunjukkan ghierah dan kepekaan kalian terhadap kehidupan jam’iyyah NU dan berinisiatif untuk meminta saya untuk memberikan petunjuk dan arahan bagi kemaslahatan bersama sebagai warga NU maupun sebagai warga negara Republik Indonesia yang kita cintai ini.
Mungkin benar, saat ini kita warga NU sedang mendapat cobaan yang cukup besar. Rakyat termasuk di antara sekian puluh juta warga NU yang selama ini hanya dijadikan stempel dan tak dapat menentukan pilihan, tiba-tiba haknya memilih sendiri dikembalikan. Mereka dapat memilih sendiri pemimpin mereka, sesuai nurani mereka. NU atau warganya yang cukup lama dipinggirkan dari percaturan kepemilikan negeri ini, seolah-olah tidak dianggap keberadaannya, tiba-tiba kali ini harus terlibat dalam percaturan kekuasaan. Beberapa tokohnya justru menjadi calon-calon yang akan dipilih. Cobaan selalu menguji kita. Apakah kita akan bersyukur atau bersabar, tergantung bagaimana kita menyikapi situasi ini. Apakah kita menganggapnya ni’mah ataukah niqmah.
Melihat kegelisahan dan keresahan kalian seperti yang kalian tampakkan dalam pertemuan ini, agaknya kalian lebih melihat dari sisi yang memprihatinkan. Memang sungguh memprihatinkan bahwa apa yang ditampilkan banyak tokoh NU yang terlibat dalam percaturan kekuasaan dewasa ini, tidak atau kurang memperlihatkan etika dan akhlak asli NU. Sehingga, bukan saja NU-nya sendiri tercemar, malah salah-salah dapat mengakibatkan keretakan di antara kita sendiri. Belum lagi soal Khittah NU yang masih harus kita jaga kemurniannya.
Mengingat pengalaman kalian sebagai warga jam’iyyah NU yang sepanjang sejarah tak henti-hentinya mendapatkan cobaan, semula saya sendiri memang merasa yakin kalian akan dapat mengatasi sendiri dengan kearifan kalian. Namun mungkin karena luasnya dampak persoalan ini dan besarnya ghierah kalian terhadap NU dan warganya, terhadap Indonesia dan rakyatnya, kalian memerlukan ‘dawuh’ saya selaku Rais ‘Am. Maka saya sebagai khadam dan pelayan kalian sudah semestinya menuruti permintaan kalian.
Saya, Rais ‘Am Nahdlatul Ulama akan menyampaikan beberapa hal yang perlu kalian perhatikan dengan sungguh-sungguh sebagai berikut:
1. Banyak orang termasuk warga NU yang sering berbicara tentang politik atau bahkan merasa sedang berpolitik, umumnya lupa bahwa dalam pemahaman NU, ada tiga jenis politik. Pertama, politik kebangsaan dan kenegaraan; kedua politik kerakyatan; dan ketiga politik kekuasaan atau yang kerap disebut politik praktis. Dalam hal politik kebangsaan dan kenegaraan yang bertujuan menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sejarah telah membuktikan peranan NU yang luar biasa; seperti yang ditunjukkan antara lain oleh: ‘Fatwa Jihad’ Oktober tahun 1945 yang jelas-jelas menyerukan berjuang mempertahankan kemerdekaan dan menjaga Republik Indonesia sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah serta mewajibkan umat Islam terutama warga NU untuk mengangkat senjata melawan penjajah Belanda dan sekutunya; Keputusan menetapkan Waliyyudl Dlaturiy Bisysyaukah tahun 1952, Keputusan tentang Asas Tunggal tahun 1984; Taushiyah tentang islah (Reformasi) tahun 1998; dan sikap-sikap lain yang menunjukkan concern NU menjaga keutuhan NKRI.
Sementara politik kerakyatan yang bertujuan membela hak-hak rakyat, harus diakui masih belum begitu baik dipahami dan digeluti oleh banyak pihak di kalangan NU. Yang banyak diminati oleh kalangan NU justru politik kekuasaan atau politik praktis yang terbukti sering mengakibatkan keretakan bahkan perpecahan.
2. Pemilihan Umum adalah sarana demokrasi yang menuntut sikap kedewasaan semua pihak dalam menghada
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Workshop Jalantara Berhasil Preservasi Naskah Kuno KH Raden Asnawi Kudus
3
Rapimnas FKDT Tegaskan Komitmen Perkuat Kaderisasi dan Tolak Full Day School
4
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
5
Ketum FKDT: Ustadz Madrasah Diniyah Garda Terdepan Pendidikan Islam, Layak Diakui Negara
6
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
Terkini
Lihat Semua